CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 09 Juni 2012

Akulah Dia #1


Seorang gadis tampak risau, mondar-mandir kesana kemari. Meluaskan pandangannya ke segala arah mencari sosok di tunggunya sejak satu jam yang lalu. Di lihat lagi jam yang terpasang manis di lengan kirinya sudah menunjukkan pukul 21.00. Sudah hampir larut ternyata. Awan gelap tanpa di hiasi gemerlap bintang menjadi saksi penantian itu. Karena sudah lelah menunggu orang yang tak kunjung datang, dia pun meninggalkan tempat itu dengan kepingan hati yang rapuh.
***
“Yuki!”
Sang empunya nama pun menoleh ke arah suara, lalu di dengan sigap membalik badannya dan mendelik ketika ia tahu orang yang  memanggilnya itu. Yuki beranjak dari tempat duduknya. Ketika ia hendak meninggalkan orang itu ada sebuah tangan kekar memegang tangannya yang lebih kecil itu. Dengan sekuat tenaga Yuki menepis tangan itu, namun itu tak membuat cengkraman tangan kekar itu lepas dari tangan Yuki.
“mau lo apa sih?” Tanya Yuki dengan penuh kekesalan.
“lo kenapa sih, Yuk?!” ucap orang itu tanpa menjawab pertanyaan dari Yuki.
“lo Tanya gue kenapa? Tanya aja ke diri lo sendiri?” orang itupun terdiam, memikirkan apa kesalahannya. Perlahan tangan orang itu terlepas dari tangan Yuki.
“soal kemaren yaa? Sorry gue lupa. Seriusan!” orang itu terduduk lemas di bangku yang tadi di duduki oleh Yuki. Dia tampak menyesal dengan perbuatannya. Yuki pun tak tega melihat sahabatnya ini. Diapun duduk di sebelah orang itu. Yuki memang tidak bisa terlalu lama marah pada sahabatnya itu. Apalagi ketika melihat mata coklat teduh yang  nan indah itu.
“maaf.” terdengar lagi suara lirih dari sahabatnya itu.
“iya gue maafin.” Ucap Yuki pada akhirnya. “emangnya kemaren lo kemana?” Tanya Yuki.
“mmm, kemaren gue ketemuan sama Audi.” Ucap orang itu dengan hati-hati, dia takut Yuki marah padanya, apalagi hal itu merupakan hal yang membuat dia lupa akan janjinya pada Yuki.
“oh..” jawab Yuki singkat.
“lo gak marah, kan?” sebenarnya ingin sekali Yuki marah, hatinya sakit. Sudah lebih dari dua kali sahabatnya itu lupa dengan janjinya dengan alasan ketemuan dengan orang lain yang kebanyakan dri mereka adalah para gadis. Hatinya seperti di tusuk ribuan jarum. Namun apa boleh buat, karena posisinya saat ini hanya sebagai sahabat.
“hh, ngapain gue marah?!” ucap Yuki menyembunyikan rasa sakitnya. “eh, ya, Stef. Gimana pertemuan lo sama Audi? Sukses?” tanyanya berpura-pura. Jujur saja Yuki takut apabila mengetahui respon baik dari Stefan, dan itu tandanya Stefan sudah menemukan gadis yang cocok untuknya. Namun rasa penasarannya mampu mengalahkan rasa takutnya, sehingga dia berani menanyakan hal tersebut.
“sukses sih, tapi gue gak suka sama dia.” Jawaban Stefan dapat membuat Yuki merasa sedikit lega. Yuki menyerngitkan alisnya seakan bertanya ‘kenapa?’, ada secercah harapan di hatinya. Seakan mengerti maksud dari ekspresi Yuki, Stefanpun menjawab, “gue ngerasa gak cocok aja.”
Yuki hanya mangut-mangut meresponnya. Di hati kecilnya dia merasa senang karena Stefan merasa tidak cocok dengan gadis itu.
“Yuk, lo kok ngelamun sih?!” ucap Stefan tiba-tiba.
“hah, gak kok, hehe.” Jawab Yuki gelagapan. “eh Fan, ntar sore jalan yuk! Bosen nih diem terus di rumah.” Ajak Yuki.
“yaah, Yuk, sorry bukannya gue gak mau tapi gue mau jalan sama Voke, hehe maaf yaa.” Tolak Stefan dengan lembut, dia merasa tak enak pada Yuki karena telah menolak ajakan Yuki, tapi dia terlanjur ada janji sama orang lain. Sret! Hati Yuki kembali tersayat.
“oh iya deh gak apa-apa. Voke? Siapa lagi tuh?” Tanya Yuki.
“siapa yaah? Siapa aja boleh.” Ucap Stefan mempermainkan Yuki. Yuki hanya mendengus kesal, kali ini dia malas menanggapi ucapan Stefan, karena dia tau, luka hatinya akan tergali lebih dalam lagi.
“eh Fan, gue kesana dulu yaa, ada perlu.” Yuki pun pergi meninggalkan Stefan yang saat ini sedang terheran-heran dengan perubahan sikap Yuki tadi. Tak seperti biasanya.

Sebenarnya Yuki tidak ada perlu dengan siapapun saat itu, dia hanya tidak tahan tegar di hadapan Stefan. Dia takut kalau dia tidak dapat menahan air matanya di hadapan Stefan. Kini Yuki berada di belakang sekolah, tampat favoritnya di kala suka dan duka. Ingin sekali dia berteriak meluapkan semua rasa yang ada di hatinya, namun dia takut ada yang mendengarkannya. Dan kala itu, Yuki hanya bisa menangis.
‘gue sayang sama lo Stef. Gue sayang sama lo tuh lebih dari sayang sahabat. Apa lo gak ngerasain itu?’

Tak pernah berhenti mencari cinta
Slalu saja ada yang tak kamu suka
Terlalu jauh engkau melihat 
Coba rasakan yang ada di sekitar mu

*bersambung :))

0 komentar:

Posting Komentar