CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 01 September 2012

Dan Kamu #6



Ohayou Gozaimasu. 

Masih ada yang ingatkah dengan cerbung yang satu ini? Lupa yaa? Hehe 

Oiya, sebelumnya aku mau minta maaf yaa kalo selama ni aku punya salah sama kalian semua. Minal aidzin wal faidzin yaa. 



Happy reading yaa guys! Check is out! ;) 




"Kak Willy?" Lirih Yua nyaris tak terdengar. 



Perlahan Willy mendekati ranjang dimana Yua terbaring. Kevin yang berada di samping Yua beranjak mendekati istrinya yang sedang berdiri di ujung ranjang bawah. 


"Yua, gimana keadaan kamu?" Lirih Willy. Willy mengelus pelan kepala Yua, menyibakan poni yang menghalangi pandangan Yua. Sentuhan itu, elusan itu, sudah beberapa hari ia tak merasakannya. Rasa nyaman kembali bersemi, namun kekecewaan masih bersemayam di hatinya. Ingin sekali ia memeluk pemuda yang ada di hadapannya, menumpahkan rindu yang teramat menyiksa itu, namun lagi-lagi terngiang jelas adegan dimana Willy dan gadis lain berpelukan. Sehingga ia enggan untuk melakukan hal itu. 




"Seperti yang lo liat, gue baik-baik aja." Jawab Yua datar. Matanya memang fokus terhadap i-pad yang sedari tadi di pegangnya, seakan tak ingin melihat Willy. Tapi hatinya? Tak bisa bohong. Seakan mengerti dengan keadaan yang sedang terjadi, sepasang suami-istri -Kevin & Kimmy- pun pergi meninggalkan mereka, yang sepertinya Yua dan Willy perlu waktu berdua, untuk bicara heart to heart.

"Bohong. Ini gak bisa di bilang baik-baik aja, Yua! Liat kamu sekarang? Berantakan." Yua tersenyum sinis, lalu menatap Willy tajam. Tersirat kekecewaan di binar mata Yua. Willypun menatap Yua balik, tajam namun lembut. 



"Yaa, gue emang gak baik-baik aja. Lo tau? Bukan hanya penampilan gue yang berantakan! Tapi hati gue lebih berantakan dari ini. Dan ini semua karena elo!!!" Pekik Yua penuh dengan penekanan. Yua memalingkan wajahnya kasar, dia tak ingin air matanya jatuh terlihat oleh Willy. Sedangkan Willy? Dia memandang Yua sendu. Dia bingung, apa yang membuat Yua begitu marah dan kecewa padanya. Perlahan sentuhan lembut mendarat di pundak Yua, dan itu memaksanya untuk melihat ke arah Willy. 


"Yua, apa salah kakak? Sampe kamu sekecewa ini sama kakak? Maaf, kakak kalo kakak udah nyakitin hati kamu." Ucap Willy dengan lembut. Willy menatap Yua dalam. Terlihat gadis yang di hadapannya mulai bergetar, isakannya pun mulai terdengar. Tak tega melihat gadisnya serapuh ini, di rengkuhnya seng gadis ke dalam dada bidangnya yang hangat. 



"Maaf. Maaf. Maaf." Willy mengelus punggung Yua yang sedikit bergetar akibat isakan Yua. 

"Hati Yua sakit, kak. Sakit." Lirih Yua di tengah tangisnya. "Hati Yua sakit, karena kakak udah ingkarin janji kakak untuk jaga hati ini, hati kita. Hiks~" 
"Maksud kamu? Kakak bener-bener gak ngerti Yua." Willy melepaskan pelukannya lalu memegang kedua bahu Yua. Mengunci erat tatapan mereka. Tak ada yang bisa lari dari masalah ini. 





"Kakak, harus jelasin siapa gadis yang pelukan dengan kakak waktu itu? Pacar baru kakak? Dulu, kakak pernah janji sama Yua, kalo kakak akan jaga hati kakak, begitu juga Yua. Tapi mana? Kakak malah membiarkan hati kakak buat gadis lain." Yua kembali terisak. Hatinya sakit ketika mengingat kejadian tempo hari. Willy menatap Yua lirih. 



"Denger ya, Yua. Kakak gak mungkin punya pacar baru. Pacar kakak kan Yua. Hanya Yua. Kakak juga ga ingkarin janji kakak waktu itu. Hati kakak tetap terjaga untuk Yua. Dan selamanya akan seperti itu." Desah Willy lembut. 
"Lalu, siapa gadis yang waktu itu, kak?! Jelasin!" Sahut Yua di tengah isakannya. Willy mulai mengerti, mengapa Yua marah kepadanya. Rupanya Yua hanya salah paham semata, dan bisa di bilang dia di landa cemburu. Willy tersenyum kecil. Lalu di rengkuhnya kembali tubuh gadisnya itu. 


*** 


"I..Icha?" 
"Ya. Apa kabar, Will?" Tanya seorang gadis berambut hitam panjang dengan model rambut curly di bawahnya. Mengenakan dress merah muda tanpa lengan dengan aksen bunga-bunga kecil di sekitar bawah dressnya yang menjuntai sepaha. Willy memperhatikan gadis itu. Gadis itu tersenyum melihat tingkah Willy. Senyumnya itu masih sama dengan beberapa bulan yang lalu. Senyuman yang pernah menghiasi hari-hari Willy. 





"Aku gak di suruh masuk nih, Will. Lama-lama pegel juga loh berdiri terus. Hehe." Canda Icha. Willy tersadar dari diamnya. 



"Oh, iya, yuk Cha, silahkan masuk." Jawab Willy terdengar kikuk. Merekapun masuk ke dalam rumah mewah milik Willy. 


"Eh ya, Cha. Mau minum apa?" Tawar Willy pada Icha yang sedang asyik membolak-balikan majalah yang selalu tersedia di ruang tamu rumah Willy. 




"Oh, gak usah repot-repot, Will. Aku kesini bentaran aja kok. Aku cuma mau ngasihin ini." Icha merongoh tas nya dan mengeluarkan sesuatu. Icha menyodorkan sebuah undangan berwarna ungu dengan corak bunga-bunga berwarna perak. Tertera jelas nama kedua mempelai dalam undangan itu. Icha & Reno. 




"Kamu mau nikah, Cha?" Tanya Willy sedikit terkejut. Icha mengangguk cepat. 



"Hmm, selamet yaa." Willy tersenyum kikuk. Ternyata gadis di hadapannya yang pernah menjadi bagian di hidupnya, akan segera menikah dengan orang lain. 
"Iya makasih, Will." 


Tak ada pembicaraan lagi antara mereka berdua. Hening. Sampai akhirnya Icha membuka suara. 



"Makasih Will, makasih buat semuanya. Makasih buat cinta yang pernah kamu berikan buat aku. Bigthanks for you." Ucap Icha sambil memeluk Willy. 




"Sama-sama Cha. Makasih juga buat semuanya. Makasih banyak." Jawab Willy sambil mengelus rambut Icha, tanpa menyadari ada seorang gadis yang terluka tak berdiri di dekat pintu. 




Dulu memang Willy tak menerima Icha memutuskan hubungannya. Tapi sekarang, telah ada cinta yang lebih sempurna lebih baik dari Icha. Benar adanya, semua yang telah terjadi akan ada hikmahnya. 

Icha melepaskan pelukannya. Keduanya tersenyum kikuk. 




"Kapan nih, mau nyusul?!" Canda Icha. 




"Hmm, secepatnya." Jawab Willy mantap. "Doain aja yaa, Cha." Sambungnya. Willy tak henti mengumbar senyum. Dia membayangkan, bagaimana kalau dirinya bersanding di pelaminan dengan kekasihnya -Yua-, mengurus buah cintanya dengan Yua, hhh membangun rumah tangganya dengan Yua. Khayalan itu bernari-nari di pikiran Willy. 



"Pasti aku doain. Hmm, Will, aku pulang dulu yaa. Kayaknya udah sore nih." Seru Icha yang sedikit mengagetkan Willy, karena dia sibuk dengan lamunannya. 
"Oh, iya iya. Amiin." 
"Dateng yaa, jangan lupa bawa calon istri kamu. Hehe." 
"Sipp." Willy mengacungkan jempolnya. 
"Aku pulang yaa." Pamit Icha. 
"Oh, iya. Hati-hati yaa." Icha membalas dengan senyumnya lalu memasuki mobilnya dan melesat meninggalkan pekarang rumah Willy. 


*** 



"Udah jelas, kan?" Tanya Willy sembari mengelus lembut rambut Yua. Yua yang sedari tadi menyenderkan kepalanya di dada bidang milik Willy hanya mengangguk. 




"Makanya, jangan main asal ngambek aja. Tanya dulu kek, apa kek. Liat kan jadi sakit kayak gini. Gak kasian apa ke kak Kimmy, sama Ka Kev?! Mereka jadi repot kan? Apalagi aku, pusing tau mikirin kamu." Ucap Willy seolah menyudutkan namun yaa itu kenyataan. Haha. Mendengar ucapan Willy, Yua bangkit dari dada Willy, dan beranjak duduk ke ujung ranjang. Matanya mengerling kesal, tangannya melipat di dada, pipinya mengembung dan bibirnya mengerucut. Willy terkekeh pelan, melihat tingkah Yua yang menggemaskan. 




"Emang bener, kan? Kamu tuh bikin pusing." Willy terus menggoda. Yua mendengus kesal. 




Pletak! 

"Aww." Pekik Willy. Dia mengelus-elus kepalanya yang terkena serangan bantal tak terduga dari Yua. "Ih, kamu jahat banget deh. Masa aku di timpuk pake bantal." Willy merengut. 



"Makanya, jadi cowok jangan bawel deh." Ketus Yua. Rupanya Yua benar-benar kesal di buat Willy. Pacarnya lagi ngambek, malah di ledek bukannya minta maaf. Baru juga baikan udah bikin kesel. Ya ampun pacar macam apa ini? Jerit Yua dalam hati. 


"Hmm, Yu, kita nikah yuk!" Ucap Willy tiba-tiba. Sontak membuat Yua menoleh ke arah Willy, membulatkan matanya, dan mengangakan mulutnya. Syok setengah mampus. 




"Ekspresinya biasa aja kali, bu." Ledek Willy lagi-lagi. Membuat Yua mendengus kesal lagi. 




"Mau, gak?" 




"Ada yaa, yang mau ngajak nikah, to the point gini. Gak ada sosweet-sosweetnya?!" Dengus Yua.



"Ohh, jadi kamu mau yang romantis gitu?" Willy mengedip-kedipkan matanya. Yua melengos. Aduh nih anak kerasukan setan apa tiba-tiba ngajak nikah? Batin Yua. 




"Hah?" 



"Aku tunggu besok di Cafe biasa. Jam 7 malem. Dandan yang cantik yaa." Bisik Willy ke Yua yang sedari anteng melongo. Willy-pun ngacir keluar dari kamar Yua. Dan sebelum pergi dia tak meninggalkan kesempatan untuk mencium pipi Yua. 




*bersambung* 

Thanks~ for reading. ;) Like and comment yaa. Aku butuh masukan. Hehe. 
Makasihh banyak yang udah meluangkan waktunya untuk baca cerpen abal" ini. Hehe. 
*hugkiss* (˘⌣˘)ε˘`)