CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 16 Maret 2012

Kisah Cintaku (Cerpen)


KISAH CINTAKU

           
Ku buka mataku perlahan. “Aww!” Kurasakan sakit di punggungku. Baru kusadari ku berada di bawah tempat tidurku.
“Ya ampun, jam berapa ini?!” Pekikku. Dengan sekuat tenaga ku bangkit dari tempatku terjatuh. Ku lihat jam Doraemon-ku yang terpajang di sudut meja belajarku. “ohh tidaaaak!”
                                                                           ***              
            “Kamu  kemana aja sih?! Pasti begadang lagi?! Kamu gimana sih, kalau kamu sakit gimana?! Kamu tuh  harus jaga kesehatan! Jangan begadang terus! Liat tuh mata kamu udah kayak mata panda tau gak?!” Cerocos kekasihku –Agra- panjang lebar kayak sungai Nil. Aku mendengus  kesal, selalu saja begini, terlalu OVER.
            “Habis mau  gimana lagi, Gra. Kemaren malem tuh aku ngerjain tugas..mmm.. Iya. Ngerjain tugas.. dan tugasnya itu numpuk.” ucapku ragu.
            “ Oh ya? Ngerjain tugas ya? Bukannya kemaren malem kamu asyik nonton film di laptop kamu?!” ucapnya penuh penekanan.
            “hah? Kok kamu tau?!” ucapku polos. Dia menatapku tajam .
            “ Ya tau dong. Liat aja tuh di timeline twitter kamu !” dia tersenyum sinis. ’Mampus! Ketahuan kan. Aduh Difa bego banget sih!’ Rutukku dalam hati.
Agra terus menatapku. Tatapan matanya itu lho, yang buat aku gak berani menatapnya. Aku menundukkan kepalaku. Aku terus merutuk-rutu diriku sendiri. Tiba-tiba….
“Aww!” Rintihku
“ Ini hukuman buat kamu karena kamu udah bohong sama aku. Hahaha. Rasakan ini!” Agra mencubit kedua pipiku.
“ Aduh, ampun.. ampun.. Agra udah dong! Sakit nih.” Agrapun melepaskan tangannya dari pipiku.
“ Habisnya, kamu sih bohong sama aku. Nah itu hukuman buat kamu. Hahaha.” Ucapnya girang.
“kamu gak marah lagi kan sama aku?” tanyaku. Aku lihat dia diam-diam. Wajahnya tampak sedang berfikir. ‘Mau maafin aja, kebanyakan mikirnya’ umpatku  dalam hati.
“hmm, gimana ya?!” ucapnya mempermainkanku. Aku mentautkan alisku. Terpancar jelas kecemasan di wajah ini.
“hahahahaha.” Tawa Agra memecahkan kecemasan di hatiku. Aku yang tadinya cemas berubah menjadi macan yang sedang menerkam mangsanya.
“hhhh, ketawa aja terus!” ketusku. Ku beranjak dari posisiku dan berniat untuk meninggalkannya yang asyik dengan tawanya. Tawa Agra mulai mereda saat dia menyadari ku bangkit dari posisiku.
“Difa, jangan marah dong! Aku kan Cuma bercanda. Kok jadi kebalik sih.” Ku hentikan langkahku. Ku lihat ada sepeda bertengger manis di hadapanku. Aha! Terlintas dalam pikiranku untuk menjahilinya.
“oke, kalo kamu mau aku maafin, ayo kejar aku!” ku naiki sepeda itu dan menggayuhnya. Dan dia mulai mengejarku.
“hhh, awas ya kalo kena, aku cubit pipi sampe merah!” ucap Agra sembari mengejarku.
“coba aja kalo bisa! Wlee!”

***
“hah..hhh..hhh..Fa..” desis Agra lemah.
Aku menengok kebelakang, ku lihat Agra sedang mengatur nafasnya. Ku belokan sepeda yang ku naiki dan ku hampiri dia.
“ahh, kamu cemen ahh, masa gak bisa kejar aku.” ucapku meremehkannya.
“hhh.. kamu hh curang hh sih hh. Kamu hh kan naik hh sepeda hh. Mana hh gowesnya hh cepet lagi hh.” Ucapnya tersenggal-senggal. Agra terus memegang dadanya. Ku perhatikan wajahnya, pucat pasi, penuh dengan peluh dan terlihat segurat rasa sakit.
“kamu gak apa-apa kan Gra?” tanyaku khawatir.
“gak kok, aku gak kenapa-napa.” Jawabnya sembari menutupi rasa sakitnya.
“gak kenapa-napa gimana? Liat tuh muka kamu pucet gitu!” ucapku cemas. Ku ambil sapu tangan di kantongi. “maafin aku ya, Gra. Gara-gara ngejar aku, kamu kacapean kayak gini.” Kataku merasa bersalah, sembari mengelap keringat di dahinya.
HUPP!
“hahaha kena kau! Sini aku cubitin sampe merah. Hahaha.” Aku terkejut, tiba-tiba saja dia memelukku dan tertawa terbahak-bahak. Akupun melepaskan pelukannya dengan kasar.
“ihh. Jahat! Aku kira kamu kenapa-napa. Dasar! Aku takut tau!” ucapku geram.
“hahaha, yaudah kita makan yuk! Laper!” Ucapnya sambil menarik tanganku. Aku hanya bisa menurutinya. Toh aku juga laper, hehehe.
***
“Apa?! Di rumah sakit mana Tante?! Oh iya iya, aku akan segera kesana Tan!” Aku beranjak pergi dari rumahku dengan segenap kekhawatiran di hati ini. Berkali-kali ku menyeka air mata ini agar tidak tumpah, namun hasilnya nihil. ‘Ada apa ini ya Allah’ jerit batinku.
***
“Apa yang sebenarnya terjadi Tan? Agra kenapa Tante? Bagaimana keadaannya?” ucapku bertubi-tubi. Mama Agra terus terisak dan memelukku.
“Agra kritis, Fa. Penyakit jantungnya kambuh.” Ucap Mama Agra terisak dalam pelukanku.
“Apa Tan? Jantung?” Aku syok akan ucapan Mama Agra. ‘Bagaimana mungkin? Kemarin Agra baik-baik saja, sekarang dia terkulai lemas di dalam.’ Batinku bertanya-tanya. 
Pintu ruanganpun terbuka. Aku dan Mama Agra menghampiri sang Dokter.
“Dok, bagaimana keadaan anak saya dok?” Ucap Mama Agra penuh harap.
Dokter tertunduk. “Temuilah dia dan gunakan waktu sebaik mungkin.” Ucap sang Dokter. ‘Gunakan waktu sebaik mungkin maksud Dokter? Ah gak mungkin, kamu gak akan tinggalin aku kan Agra.’ Jerit hatiku.
Aku dan Mama Agra pun segera memasuki ruangan dimana Agra terbaring lemah. Ku lihat sosok yang kucintai berada di kasur putih dan tubuhnya di penuhi alat-alat medis. ‘ya Allah aku tak tega melihatnya seperti itu.’ Tangisku dalam hati.
“Agra, anak Mama, bertahan ya nak. Kamu pasti kuat.” Ucap Mama Agra trisak sambil mengusap anak tercinta –Agra-.
“Ma.” Desah Agra lemah.
“Iya sayang ada apa?” ucap Mama Agra lembut.
“Maafin Agra ya ma. Agra sayang sama mama.”
“Mama juga sayang sama kamu nak.” Mama Agra mencium kening putranya. Akupun tak kuasa menahan haru menyaksikan kasih sayang ibu terhadap anaknya.
“Oh iya, Gra, ini ada Difa.”
“Fa” Ucap Agra lemah.
“Agra” Ucapku sambil menghampirinya.
“Fa, aku sayang sama kamu, aku minta maaf dan aku juga berterimakasih karna kamu mampu menghiasi hidupku.” Ucapnya penuh dengan kasih sayang.
“Aku juga sayang sama kamu, Gra. Aku mohon jangan tinggalin aku ya, aku yakin kamu pasti kuat.” Ucapku menyemangatinya.
“Aku gak janji, Fa. Aku bener-bener gak kuat. Aku mohon kalau aku pergi jangan pernah kamu tetesin air mata dari mata indahmu.”
“Gak! Kamu pasti kuat! Ya kamu pasti bisa bertahan.” Ucapku tegas meski air mata terus mengalir di pipi ini.
“Gak, Fa. Aku gak kuat. Aku minta tolong sama kamu jagain Mama aku ya kalau aku pergi.” Ucap Agra. “Dan Mama, aku mohon sama mama jagain Difa ya.” Sambungnya.
“Ya sayang mama pasti jagain Difa dan Difa juga bakal jagain mama, iya kan, Fa?” Ucap mama Agra dalam tangisnya. Aku mengangguk.
“Aku sayang ka..li..an..hh” Kulihat nafasnya tersenggal-senggal.
“Kamu pasti kuat, Gra.” Ucapku. Tak ada jawaban dari Agra. Dia tersenyum kepadaku dan TTIIIIIIIITTTTT… Dia menghembuskan nafas terakhirnya.
“AGRA JANGAN TINGGALIN AKU GRA!!!!!!!” Aku mengguncang-guncangkan tubuh Agra. Aku yakin dia cuma pura-pura. “AGRA BANGUUUUUNNNNNN!!!!!!!!!!!” Aku menangis hebat. Aku belum bisa menerima semua kenyataan ini.
“Udah Difa sayang, Agra udah pergi biarkan dia tenang di alam sana.” Ucap mama Agra tegar.
“Gak Tante! Agra cuma pura-pura. Dia mau bikin suprice kan di ulang tahunnya Difa. Iya kan Tante?!” Mama Agra menggeleng lemah. Aku menangis tersedu-sedu.
***
Ku pandangi batu nisan yang bertuliskan ‘Agra Nugraha’. Ku panjatkan do’a kepada Ilahi Rabbi untuknya. Dan ku taburkan bunga di atas pusaranya.
“Difa, yuk kita pulang udah sore.” Ucap Mama Agra.
“Bentar Tan.” Jawabku. “Agra maaf ya, aku bener-bener gak bisa nahan air mata ini.” Aku menyeka air mata di pipiku. “Agra, aku pulang dulu ya.” Akupun pergi meninggalkan makam Agra.
***
“Fa.” Ucap Mama Agra.
“iya Tante, ada apa?” tanyaku.
“Ini ada kotak buat kamu, tante temuin ini di kamar Agra.” Mama Agra memberikan kotak itu kepadaku.
“Makasih Tante, ya udah tan, kalau gitu Difa pamit pulang ya.” Ucapku sambil mencium tangan Mama Agra.
“Sama-sama, hati-hati ya nak.”
***
Di malam yang sesunyi ini
Aku sendiri tiada yang menemani
Akhirnya kini ku sadari
Dia telah pergi tinggalkan diriku
Akankah semua kan terulang
Kisah cintaku yang seperti dulu
Hanya dirimu yang ku cinta dan ku kenang
Di dalam hatiku takkan pernah hilang bayangan dirimu
Untuk selamanya
Ku lihat kotak yang terpajang di atas mejaku. Kuraih kotak itu dan ku buka. Ada sebuah boneka Doraemon berukuran sedang dan sepucuk surat. Ku baca surat itu.



Isi surat
Buat Difa yang ku sayang
Selamat ulang tahun yaa. Semoga makin cantik aja. Hehehe. Tuh, aku udah beliin boneka yang kamu mau.
Oh iya, aku mau buat pengakuan sama kamu, sebenernya ada satu hal yang kamu gak ketahui tentang aku. Sebenarnya aku mengidap penyakit jantung sejak kecil. Dan kamu tau, waktu aku pulang dari luar negri saat itu, yang aku udah buat kamu nunggu aku, dan kamu marah sama aku? Itu aku habis berobat.
Hmm, fa, maafin aku ya, aku gak kasih tau kamu tentang itu, aku takut kamu kasihan sama aku. Oh iya, kamu juga harus tau kalo aku sayang bangeeeeettttt sama kamu… :*

By. Agra

Ku simpan surat darinya. Ku peluk erat boneka pemberiannya dan ku rebahkan tubuh ini ke tempat tidur. Ku terlelap bersama kenangan indah kisah cintaku. Tanpa kusadari, siluit bayangannya tersenyum menemani tidur lelapku.
Cinta sejati…
Walau di dunia ini kita tak bersama
Ku yakin di alam yang kekal kita takkan terpisahkan