CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 28 Oktober 2012

Relationship (Cerpen) Part 2

Previous


"Awaaaas!" Teriak seorang pemuda di sebrang sana yang melihat ada sepeda melaju cepat dari arah samping Ajeng. Ajeng terlonjak kaget ketika mendengar orang yang berteriak tadi dan langsung melihat kearah seorang pemuda ganteng bin kece, bukannya menghindar malah bengong melihat wajah tampan pemuda itu. Alhasil... BRUK! 


Next... Part 2 Happy reading!


"Aww" pekik seorang gadis. "Pelan-pelan dong!" Gerutu gadis yang tadi keserempet sepeda. Tapi sang penolong tak menghiraukan gerutuan dari gadis itu. Dia dengan telaten membersihkan luka gadis itu dengan air hangat dan membalutkan dengan perban yang steril. 

"Ini den, non, minumannya." Tiba-tiba seorang pembantu rumah tangga menyuguhkan dua gelas minuman dingin. 
"Makasih, bik. Maaf ngerepotin." Ucap Ajeng -gadis yang ke serempet sepeda-. 
"Yowes, non, den. Kalo begitu saya permisi." Pamit Bik Minah -Pembantu Rumah Tangga-. 




"Nah, udah selesai." 
"Makasih" 
"Lain kali, kalo mau nyebrang jangan sambil baca buku, hati-hatilah minimalnya." Sindir lelaki itu, membuat Ajeng mendengus kesal. 
"Maaf" 
"Maaf? Untuk apa?" Ucap lelaki itu dengan sinis. 
"Hiks.. Hiks.." 
"Loh loh loh, kok nangis sih? Sst..." Cemas lelaki itu ketika mulai terdengar isakan yang dikeluarkan dari mulut Ajeng. Lelaki mendongakan wajah Ajeng yang sedari tadi menunduk. 
"DAR!!! HAHAHA" 
"Ish, nyebelin ya! Ergh!" Lelaki itu mendengus kesal ketika tahu Ajeng hanya mengerjainya. Dengan gemasnya lelaki itu mencubit pipi Chubby Ajeng. 
"Aww. Ampun. Ampun." Ajeng mencoba melepaskan tangan kekar itu dari pipinya. Lelaki itu melepaskan tangannya. Di lihatnya pipi Ajeng, merah. Merah merona. Entah merah karena sakit, entah karena malu. Hihi. Ajeng mengerucutkan bibirnya, dan mengelus-elus pipinya. Lumayan sakit ternyata. 
"Ish, gak kenal juga, main cubit-cubit." Gerutu Ajeng. Pernyataan Ajeng, ternyata terdengar oleh lelaki itu. 
"Oh ya, gue lupa, kita belum kenalan, kan?" 
Ish, pertanyaan macam apa ini? Bodoh. Batin Ajeng. 
"Gue gak bodoh, tembem!" 
Loh? Ajeng mengerutkan dahinya dan menatap lelaki dihadapannya lekat. Dia heran, mengapa cowok ini tahu isi hatinya? Jangan-jangan... 
"Muka lo aneh, tau gak? Heran ya, kenapa gue bisa tau isi hati lo? Karena kita sehati. Haha" Pernyataan yang konyol -_-. Rona wajah Ajeng makin kayak udang rebus. Dia mencubit kecil tangan lelaki itu. 
"Aww." Pekik lelaki itu. Dia mengusap-usap tangannya yang kena sengatan ganas dari tangan Ajeng. "Nama lo siapa?" 
"Gue Ajeng, lo?" 
"Gue Yudha! Seneng berkenalan dengan cewek seunik lo." Kata Yudha blak-blakan. Ajeng menunduk malu. Dia tak menyangka lelaki yang membuat jantungnya berdegup abnormal itu memuji dirinya. Yudha terkekeh geli melihat tingkah Ajeng.



Perkenalan singkat itu membuat mereka terlihat lebih akrab, padahal belum sampai satu jam mereka bertemu. Tapi tak dapat dipungkiri kedekatan mereka seperti yang sudah berteman lama. 


Tlilit~ 
Ponsel Ajeng berbunyi pertanda ada panggilan masuk ke handphonenya. 
"Halo" 
"......" 
"Oh iya ya, maaf bu, Ajeng lupa" 
"......" 
"Iya, ini juga mau pulang" 
"....." 
"Wa'alaikumsalam" Klik. Ajeng mematikan ponselnya dan menepuk jidatnya pelan. 
"Kenapa, Jeng?" Tanya Yudha heran. Alisnya tampak mengerut keheranan. 
"Gue lupa, gue disuruh pulang cepet sama ibu gue. Eh, gue malah keasyikan disini. Kalo gitu gue pulang dulu ya!" Pamit Ajeng. 
"Eh, tapi tangan lo?" 
"Udah, gak apa-apa, lagian tangan ini, bukan kaki. Hehe. Thanks ya! Bye Yudha!" Teriak Ajeng sambil melangkah pergi dari kediaman Yudha. 
"Hati-hati ya!" Balas Yudha dengan berteriak pula. Ajeng hanya berbalik badan lalu mengangguk dan menutup pintu gerbang rumah Yudha. Yudha menyunggingkan senyumannya ketika Ajeng menghilang dari balik gerbangnya. 



"Cewek yang unik, natural dan apa adanya" 


*** 


"Assalamu'alaikum, Ajeng pulang!" Teriak Ajeng dengan riang. 
"Wa'alaikumsalam. Hus, Ajeng, gak boleh teriak-teriak, emang ini di hutan!" Ucap Ibu memberi nasihat. Ajeng hanya cengengesan menanggapinya. 
"Sekarang, kamu ganti baju dulu, terus bantuin ibu iris bawang, oke?" 
"Siap bos!" Ucap Ajeng sambil menghormat pada ibunya layaknya saat upacara bendera. "Muaah" Ajeng mencium pipi Ibunya lalu pergi ke kamarnya. 




"Lalala hiks lalala srek, aduh perih." Ajeng mengucek matanya yang tampak berair dan mengelap hidungnya yang meler karena aksi mengupas bawangnya. Sang ibu yang sedang memotong sayuran hanya geleng-geleng melihat tingkah sang anak. 



"Selesai!" Teriak Ajeng kegirangan. 
"Ajeng!" Teguran Ibu membuat Ajeng cengengesan gak jelas. "Maaf, bu" ucap Ajeng sembari menggaruk pundaknya yang tidak gatal. 
"Yowes kalo gitu. Tolong ambilkan panci ya, nak!" Ajeng menuruti perintah ibunya yakni mengambilkan panci di dekat lemari, tak sengaja sang Ibu menyenggol tangan Ajeng. 
"Aww" Ajeng meringis pelan. 
"Loh, tanganmu kenapa? Kok di perban gini?" Tanya Ibu khawatir. Ibu memperhatikan perban yang menempel di tangan Ajeng. Ajeng menceritakan insiden yang terjadi tadi. 



"Hmm, pantesan dari tadi senyam-senyum sendiri. Ternyata..." Goda Ibu saat Ajeng telah selesai menceritakan kejadian tadi. 
"Ish, Ibu apaan sih?" Ajeng menunduk malu. Ibu Ajeng makin menjadi-jadi menggoda Ajeng. 
"Ada untungnya dong kamu keserempet, jadi di tolongin kan sama pangeran kece. Hihihi." Ibu mencolek-colek pipi Ajeng yang memerah. 
"Hus, Ibu, aneh deh. Masa anaknya celaka untung sih." Rutuk Ajeng. 
"Ajeng, Ajeng. Makanya kalo nyebrang tuh hati-hati. Lah ini masih mending di tolongin sama pangeran kece. Nah loh, kalo sama orang gila? Apa masih mau senyum-senyum gak jelas kayak tadi?" Sindir Ibu sekaligus menasihati. Membuat Ajeng makin menunduk malu. "Lain kali, jangan baca sambil jalan! Inget pesan Ibu!" Lanjutnya. 
"Iya, Ibu. Bawel banget sih." 
"Eh berani ya, kamu ngatain ibu bawel?" Dengan kesal Ibu menjewer telinga Ajeng. 
"Ampun buu." Pekik Ajeng. "Bu, buruan lanjutin masaknya. Entar keburu sore loh!" Ujar Ajeng mengingatkan. Ibu melepaskan jewerannya dan bergegas meneruskan pekerjaannya yang terbengkalai karena mendengar cerita Ajeng dan membuat Ajeng bernafas lega. Huft. Akhirnya. Batin Ajeng. Dia mengelus dadanya pelan. 



*** 


Disebuah ruangan yang berwallpaper-kan bendera Inggris, terdapat seorang lelaki yang sedang memangku gitarnya terduduk di sofa yang terdapat di pojok ruangan. Kunci-kunci dia petik sesuai lagu yang ingin dinyanyikannya. 


Kurasa ku tlah jatuh cinta 
Pada pandangan yang pertama 
Sulit bagiku untuk bisa 
Berhenti mengagumi dirinya 
Oh Tuhan tolonglah diriku 
‘Tuk membuat dia menjadi milikku 
Sayangku oh kasihku oh cintaku 
She’s all that I need… 



Sebait lagu itu mewakilkan kata hatinya. Entah mengapa dia ingin menyanyikan lagu ini. Perasaan aneh menjalar di hatinya. 
"Hhh, gue lupa lagi gak minta nomornya! Sssh. Gimana coba kalo gue gak ketemu lagi?! Ahhhh! Bodoh!" Lelaki yang bernama Yudha itu merutuki dirinya sendiri. Rupanya dia menyesal mengapa tidak meminta nomor HP Ajeng, agar dia dapat menghubunginya malam ini. Atau mungkin malam-malam selanjutnya. Setidaknya dapat menghilangkan rasa rindu. Pikir Yudha. Loh.. Loh.. Loh.. 





To be continue... 


I need some comment. Critical and sugestion! :D 
Thanks for reading. *hugs (˘⌣˘)ε˘`) 

Rabu, 24 Oktober 2012

Tak Seindah Malam (Cerpen)


Kombanwa. Kembali lagi bersama saya dengan membawakan sebuah cerpen yang aneh bin aneh haha 


Happy reading guys! 



"Brrr~" 
"Ayo masuk, angin malam gak bagus buat kesehatan kamu", Ucap wanita paruh baya di balik pintu.
"Iya ma", Teriak gadis itu. Namun tak sedikitpun dia beranjak dari tempatnya. Mama-nya memang tak melihat apa yang dilakukan anaknya. Namun dia mengetahui kebiasaan anaknya setiap malam. Selalu melihat langit malam yang indah menurut -anak-nya.
"Maaf, ma. Ajeng bohong. Tapi malam ini indah banget. Bakal nyesel kalau Ajeng melewatin ini", Lirih gadis yang bernama Ajeng itu terduduk di lantai dengan tangan memeluk lututnya. Gertakan giginya terdengar tipis. Gadis itu mendongakkan kepalanya, melihat hamparan bintang di bentangan langit yang luas. Indah. Sangat indah. Dia terus mengumbar senyumnya, meski angin malam dengan kejam mengelus pori kulitnya. 



"Andai kamu ada disini, Chumuku."



***



"Ajeng!" Panggil seorang pemuda yang membuat Ajeng menghentikan aktifitas membacanya dan menoleh kearah pemuda itu.
"Yudha?!" Pekik Ajeng bahagia. Dengan cepat Ajeng menghampiri dan memeluk pemuda yang kini ada di hadapannya. Pelukan itu, hmm sangat erat. Ajeng menenggelamkan kepalanya pada pundak Yudha dan dengan lembut Yudha mengecup ubun-ubun Ajeng dan mengelus punggung Ajeng. Terdengar dan terasa sekali isakan yang bersumber dari Ajeng. Yudha mengeratkan pelukannya mencoba memberikan ketenangan pada gadisnya itu.
"Jangan tinggalin aku lagi. Aku bener-bener gak sanggup." Sela Ajeng di tengah isakannya.
"Gak. Gak akan pernah lagi, Jeng. Don't cry Chimiku. I will always beside you."
"Promise?" Ajeng mendongakkan kepalanya agar dia dapat melihat paras Yudha yang meninggalkannya selama beberapa bulan, tanpa melepas pelukannya. Wajah itu masih sama. Tatapan matanya yang teduhpun masih sama. Tak ada yang berubah dari lelakinya itu.
"I'm promise, Chimiku." Yudha menghapus airmata yang mengalir di pipi chubby gadisnya. Mereka berdua saling melempar senyum. Dan berpelukan kembali. 



***



"Ihh Chumuku, kenapa sih mata aku pake di tutup segala." Ucap Ajeng sedikit berteriak. Dia kesal dengan kelakuan kekasihnya yang menutup matanya dengan sehelai kain yang terlipat. Apa maksudnya coba?! Mau ngasih kejutan pake acara tutup mata! Grr~. Batinnya. Yudha terkekeh pelan, lalu berseru, "Aduh chimiku, jangan bawel deh. Ikutin aja apa kata aku." Yudha menuntun Ajeng menuju tempat yang di rencanakan Yudha.



"Nah sekarang buka mata kamu!" Perintah Yudha setelah melepas kain penutup pada mata Ajeng. Perlahan Ajeng membuka matanya. Gelap. Remang-remang. Terang. Akhirnya. Ajeng tak henti-hentinya berdecak kagum. Yudha yang melihat ekspresi Ajeng, tersenyum senang.



Kini mereka berada di bukit yang di penuhi dengan hamparan ilalang yang menjulang, terayun-ayun oleh sepoi angin. Suasana tampak romantis dengan obor yang menempel di pohon yang membuat cahaya remang-remang di tengah gelap malam di tambah lagi bintang yang bertaburan di angkasa luar. Kunang-kunangpun ikut menghiasi malam mereka. Hhh. Amazing.



"Gimana? Kamu suka?"
"Suka banget, Yudh, chumuku. Aaaa indahhh." Ucapnya manja. Ajeng memeluk Yudha yang berdiri di sampingnya sambil memamerkan senyum terindahnya. Siapapun akan jatuh hati pada senyuman itu. Namun sayang, itu hanya untuk dan milik Yudha seorang.



"Tadi aja marah-marah, uhh." Yudha mencubit pipi Ajeng gemas. Menggemaskan sekali gadisku ini. Gumam Yudha dalam hati.
"Ihh, Yudhaaaaa." Rengek Ajeng. Dia melepaskan pelukannya. Dan memandangi bintang yang berkelipan itu.




Krik. Krik. Krik.



Suara jangkrik menjadi backsound acara mereka berdua pada malam itu. Tak ada sepatah kata dari mulut mereka. Hanya bahasa tubuh dan mata yang berbicara. Kini Ajeng berada di dalam pelukan Yudha, yang menghangatkan-menurut-nya. Ajeng mengadahkan pandangannya agar dapat bertatap dengan Yudha yang kini tengah menatapnya. Mereka saling mengumbar senyum.
"I love you, chimiku." Bisik Yudha.
"I love you too, chumuku." Balas Ajeng. Yudha mendekatkan wajahnya pada Ajeng. Hembusan nafas mereka terasa menyapu kulit satu sama lain. Perlahan mata mereka terpejam. Dan....



"Uhuk.. Uhuk.." Suara batuk itu membuat Ajeng membuka matanya. Terlihat Yudha terbatuk, membungkam mulut dengan tangan yang tadi melingkar di pinggang Ajeng. Di remang-remang malam dengan sedikit bantuan cahaya obor, Ajeng melihat ada perubahan di wajah Yudha. Wajahnya pucat pasi. Yudha masih terbatuk-batuk membuat Ajeng khawatir.
"Yudh, kamu gak apa-apa kan?" Ajeng mengusap punggung Yudha. Mencoba memberi energi positif. Yudha menggeleng cepat. 
"Darah?" Bisik Yudha nyaris tak terdengar. Ketika dia melepas telapak tangannya dari mulutnya. Dengan cepat Yudha menyusutkan darah itu ke bajunya sendiri. Karena dia tak ingin Ajeng mengetahuinya.
"Kamu gak kenapa-napa kan, Yudh?" Tanya Ajeng lagi. Ajeng merasa ada yang tak beres dari gelagat Yudha. Sepertinya Yudha menyembunyikan sesuatu.
"Ahh, aku gak kenapa-napa kok, Chimiku. Kamu gak usah panik gitu ya." Ucap Yudha menutupi keganjalannya, agar Ajeng tak merasa khawatir.
"Hmm, ya udah, kalo gitu kita pulang sekarang ya. Aku takut batuk kamu tambah parah." Sahut Ajeng ketika melihat Yudha terbatuk-batuk lagi. Kali ini Yudha mengangguk pasrah, dia menuruti keinginan Ajeng untuk pulang. Lagipula dia merasa kesehatannya kurang baik. 



***



"Aku mau kita putus, Jeng!"
JDER! Ajeng kaget setengah mati, hatinya bagai tertusuk beribu jarum. Sakit! Tak terasa butiran bening menyeruak keluar dari pelupuk mata gadis manis ini. Dia tak menyangka kekasihnya memutuskan hubungannya yang entah apa sebabnya.
"Tapi kenapa, Yudh?! Hiks." Pekik Ajeng lirih. Yudha tek bergeming, justru dia malah menjauh dan pergi meninggalkan gadis yang kini menjadi mantan kekasihnya itu. Hatinya terasa teriris ketika melihat gadisnya itu menangis sesenggukan di tengah derasnya hujan. Yudha memajukan mobilnya dan melesat meninggalkan tempat itu. 
"Maafin gue, Jeng. Gue harap, takdir akan mempertemukan kita kembali." Lirih Yudha dengan setetes cairan bening turun dari matanya.



***



Beberapa bulan kemudian...



"Maaf, ma. Ajeng bohong. Tapi malam ini indah banget. Bakal nyesel kalau Ajeng melewatin ini", Lirih gadis yang bernama Ajeng itu terduduk di lantai dengan tangan memeluk lututnya. Gertakan giginya terdengar tipis. Gadis itu mendongakkan kepalanya, melihat hamparan bintang di bentangan langit yang luas. Indah. Sangat indah. Dia terus mengumbar senyumnya, meski angin malam dengan kejam mengelus pori kulitnya. 



"Andai kamu ada disini, Chumuku."
"Pasti bintang yang paling bersinar itu, kamu ya Chumuku. Indah banget." Ajeng tersenyum, dia menyandarkan kepalanya pada tangan yang menahan pada tekukan lututnya. Perlahan matanya tertutup sempurna. Rupanya dia terlelap di tengah dinginnya dan indahnya malam.



"Kau lebih indah dari malam ini, Ajeng."



***



Seorang gadis terdiam di dekat gundukan tanah basah merah. Di genggamnya serangkaian bunga mawar putih. Gadis yang bernama Ajeng itu perlahan terduduk mensejajarkan dengan gundukan tanah basah itu. Ajeng meletakkan rangkaian bunga itu di dekat pusara.



"Happy b'day to you, happy b'day to you, happy b'day happy b'day happy b'day Chumu... Hiks" Ajeng tak meneruskan nyanyiannya. Nyanyian ulang tahun dengan nada lirihnya. Ajeng terisak pilu. Dadanya terasa sesak, rupanya dia merindukan kekasihnya yang telah meninggalkannya dari dunia ini beberapa bulan yang lalu. Yudha meninggal karena penyakit paru-parunya yang sudah kronis. Setelah Yudha memutuskan hubungannya bersama Ajeng, penyakit paru-paru Yudha kambuh, dan setelah di rawat beberapa hari di rawat, takdir menginginkan Yudha untuk meninggalkan dunia ini. Saat kejadian itu, Ajeng di beritahukan oleh keluarga Yudha bahwa Yudha telah pergi. Awalnya Ajeng tak menerima kenyataan. Namun apa yang telah mati tak mungkin hidup kembali. Sebelum meninggal, Yudha menyempatkan untuk menggoreskan tinta pada secarik kertas untuk kekasihnya.



Maaf, aku tak bermaksud melukaimu. 
Maaf, jika keputusanku membuatmu menumpahkan air matamu.
Maaf~
Terimakasih kau telah mewarnai hidupku, mengisi hari-hariku, kau menyempurnakan hidupku.
Chimiku, aku pergi bukan karena ku tak lagi mencintaimu, tapi... kau pasti tahu yang sebenarnya terjadi. Perlu kau ingat, aku akan selalu mencintaimu.
Selamat tinggal Chimiku. Tak seindah malam, tapi lebih dari indahnya malam.



"Selamat ulang tahun, Yudha. Tenang di alam sana yaa. Aku akan selalu mencintaimu. Hiks." Lirih Ajeng.






The End



Aneh yaa? Emang. Haha. Kritik dan saran yaa. Thanks for like and read! 
Lope lope di udara (˘⌣˘)ε˘`) 

Minggu, 21 Oktober 2012

Relationship (Cerpen) Part 1

Hmm. Jomblo. Sebuah status yang membuat orang yang memiliki status itu galau di malam minggu. Bagaimana tidak? Setiap sabtu malam banyak orang yang memanfaatkan malamnya dengan nge-date sama pacarnya. Sedangkan para jomblo? Diem di kamar ditemenin bantal guling. Paling sambil menuhin TL orang dengan update status tentang kegalauannya menjadi seorang jomblo. Yaah rata-rata nge-update 'Sadnite' plesetan dari 'Satnight'. Haha. Serba salah deh jadi jomblo. Mau keluar? Gerah dong liat orang yang pacaran sana sini. Diem di rumah? Yah bete. Lah terus, apa yang harus dilakukan? Jawaban yang pas. CARI PACAR! :D

"Hhh, bete! Temen-temen gue semuanya pada satnite-an sama pacarnya. Lah gue? Ngurung teruslah di kamar."
"Ahhh, bebooo! Gue harus gimana?!" Pekik. gadis itu sambil memeluk boneka Teddy Bear jumbonya yang di beri nama bebo itu.

***
Pacaran. Status yang diinginkan oleh para jomblo-ers. Secara gitu ya, setiap malem minggu atau hari lainnya nge-date berdua, apa-apa berdua, serasa dunia milik berdualah. Etss, tapi tunggu. Gak selamanya pacaran itu indah loh. Adakalanya sang pasangan tak mengerti dengan apa yang diinginkan oleh lawannya. Terus adapula keegoisan yang menguasai hati yaa dan akhirnya ingin menang sendiri gitu. Yaah, namanya juga asam manis asin rame rasanya kayak nano-nano. Kalau udah gak cocok dan gak mungkin dipertahankan, solusinya? PUTUSIN terus CARI PACAR LAGI!

"Beib, bawain ini dong."
"Beib, liat itu, lucu yaa. Aku mau dong. Tapi bayarin."
"Beib, nanti habis ini temenin aku nyalon yaa."
"Beib.." Belum sempat dia meneruskan ucapannya, sang kekasih dengan cepat memotong pembicaraannya sebelum makin semerawut.

"Ergh! STOP! Bub bab beb beb. Stop panggil gue BEIB!" Pekik seorang pria dengan menekankan kata terakhirnya dan membuat sang kekasih terpelongo hebat. "Gue tekankan ya sama lo, gue bukan boneka lo, yang bisa seenaknya lo suruh dengan sesuka lo. Dan satu lagi, gue juga sama butuh perhatian dan pengertian. Dan selama ini lo pernah gak merhatiin gue, ngertiin gue? Gak kan? LO EGOIS!"
"Sekarang gue mau kita PUTUS!" Cetus pria itu dengan melepaskan tangan yang sedari tadi bergelayut manja di lengan kekarnya, lalu menjatuhkan bawaan yang di pegangnya. Pria itu meninggalkan kekasihnya yang masih syok dengan kejadian tadi.

"Grr~, barang-barang gue di bawa sama siapa dong?!" Gerutu gadis itu.

***

Love at the first sight~
Entah apa yang sebenarnya terjadi, jantung berdegup kencang, keringat dingin mengalir di samping keningnya, darah seakan berhenti berdesir.

Awan tampak indah siang ini. Terik siang ini tak terlalu menyengat, bahkan terkesan sejuk. Seorang gadis terduduk di sebuah bangku taman komplek. Telinganya tersumpal headset dengan memutar lagu-lagu pembangkit moodnya. She's need moodboster! Mungkin karena Satnitenya yang Sad kali ya? Hihi.  Di tangannya terdapat sebuah novel teenlit. Dengan fokus dia membacanya. Terkadang gadis itu tersenyum-senyum, bahkan sampai menggerutu kesal saat membaca novel. Sungguh ekspresif.  Gadis itu melihat jam yang terpasang manis di tangan kirinya. Waktu telah menunjukkan jam 10. Rupanya sudah hampir 2 jam dia duduk di bangku ini.
"Yah, belum kelar nih bacanya." Gumamnya. Ajeng --nama gadis itu- beranjak dari bangku taman dan berjalan keluar taman komplek. Dia teringat pesan ibunya. "Ajeng, jangan lebih dari 2 jam ya! Bantu ibu masak, soalnya bakal ada syukuran nanti siang."

Dasar Ajeng ya, meskipun dia telah beranjak dari taman, tapi tetap saja fokus terhadap novelnya. Tanggung, dikit lagi juga kelar. Penasaran nih sama endingnya. Pikir Ajeng. Dengan cueknya Ajeng berjalan sambil membaca. Tiba-tiba...
"Awaaaas!" Teriak seorang pemuda di sebrang sana yang melihat ada sepeda melaju cepat dari arah samping Ajeng. Ajeng terlonjak kaget ketika mendengar orang yang berteriak tadi dan langsung melihat kearah seorang pemuda ganteng bin kece, bukannya menghindar malah bengong melihat wajah tampan pemuda itu. Alhasil... BRUK!


 To be a continue....
by : DiniFG28

Dan Kamu #7

Selamat sore semua, bertemu lagi dengan saya dalam acara bumbumcuap. Oke saya akan mempersembahkan cerpen abal-abal saya. 

Check is out! Happy reading guys! 



Seorang gadis terduduk tepat di depan meja rias di kamarnya. Pandangannya lurus ke benda yang dapat memantulkan bayangan dirinya dan seorang wanita di belakangnya. Kegugupan tampak jelas di raut wajahnya. 
"Kak, gimana sih rasanya, waktu kakak di ajak nikah sama kak Kevin?!" Pertanyaan adiknya itu membuat sang kakak ipar tersenyum geli. 
"Yua adikku sayang. Kenapa nanya kayak gitu. Hihi." Kimmy tertawa renyah. Tapi tangannya tetap bergrilya dengan rambut Yua. Yua melepaskan tangan Kimmy di rambutnya, lalu membalikan badannya agar menghadap pada Kimmy. 
"Ihh, kakak! Yua serius!" Kesal Yua. Kimmy terus tertawa sampai akhirnya Yua bangkit dari kursi dan berjalan menuju ranjangnya. Perlahan Kimmy menghentikan tawanya, sepertinya adik iparnya itu sedang kesal padanya. Kimmy menghampiri Yua yang duduk di pinggir ranjang lal duduk tepat di samping Yua. 
"Hmm, maaf-in kakak, de." Ucap Kimmy lembut, tangannya kembali aktif mengelus rambut Yua. 
"Maaf buat apa?" Tanya Yua cuek. 
"Yaa, maaf, kakak udah buat kesel kamu. Lagian kenapa sih pake acara nanya kayak gitu?" Yua membisu. Tak menjawab pertanyaan Kimmy yang bikin mood-nya turun. Kimmy termenung sesaat. Dia tampak sedang berfikir. Setelah mengetahui jawabannya, dengan wajah polosnya Kimmy tersenyum simpul. "Hmm, Kakak tau, jangan-jangan Willy ngajak kamu nikah yaa? Ciyeee." Godaan Kimmy membuat pipi chubby Yua memerah. 
"Ih apaan sih kak." Gadis berambut sebahu ini tersipu-sipu. Saking malunya dia menundukkan kepala dan memelintir tali yang menjuntai sebagai hiasan di dress yang dipakainya. 
"Pantesan nanyanya nyangkut-nyangkut kesitu. Ternyata Willy ngajak nikah to. Haha." Ledek Kimmy membuat Yua makin malu. 
"Aaaah, kakak." Rengek Yua. "Ceritain dong waktu kakak di lamar sama Kak Kev?!" 
Kimmy tersenyum penuh bahagia. Memori romantis itu mulai terngiang di pikiran. 


From : BabyKev 
Kimsay, maaf yaa aku gak bisa jemput kamu. Aku tunggu di cafe biasa. See you. Muaahh :* 

Itulah pesan singkat yang dikirimkan Kevin. Kimmy mulai mendengus kesal. Kenapa coba gak di jemput. Rutuk Kimmy dalam hati. Diapun mulai mengetik keypad yang ada di hp-nya. 

To : BabyKev 
Iya iya. Tunggu aku. 

Dengan sedikit kesal dia mengambil tas kecilnya yang tergolek lemas di ranjang. 

Terlihat seorang pemuda duduk di salah satu meja yang tersedia di cafe tersebut dan satu pelayan berdiri tepat disampingnya. Pemuda itu membisikkan sesuatu pada pelayan itu. Si pelayan hanya mengangguk-angguk mengerti. 
"Nih.." Pemuda itu menyodorkan benda kecil pada pelayan. "Simpen di bagian yang aman, jangan sampai termakan, okay?!" Pria itu memberikan sedikit intruksi pada sang pelayan. Setelah itu sang pelayan pergi melanjutkan pekerjaannya. 

"Haduh, mana nih KimSay, kok lama banget ya?!" Pria itu melirik arlojinya sebentar. Waktu sudah menunjukkan pukul 7.20. Sudah hampir setengah jam dia menunggu gadisnya disana. Janjinya kan jam tujuh, kenapa dia belum dateng juga? Rutuk Kevin. Apa jangan-jangan.... Hus.. Hus.. Kevin mengusir pikiran negatifnya. Karena takut terjadi sesuatu pada kekasihnya, dia meronggoh sakunya dan mengambil benda pipih lalu menekan beberapa digit nomor kekasihnya. Sambil menunggu bunyi sambungan, Kevin sesekali melihat kearah pintu masuk. Dan kini dia pun tercengang dengan apa yang dilihatnya di pintu masuk. Gadis cantik yang berbalut gaun sederhana berwarna ungu di atas lutut sedikit, berpoleskan make up tipis dan natural, dan kakinya memakai flatshoes yang berwarna senada dengan gaun yang dikenakannya, dia memilih menggunakan flatshoe karena dirinya sudah terlihat tinggi dengan itu tanpa harus menggunakan Highheels. Dia berjalan dengan anggunnya menghampiri sang kekasih yang terbengong menatapnya. 

"BabyKev." Sapanya lembut, membuat Kevin terperanjat dari lamunannya. Dengan cepat dia bangkit dari duduknya lalu mempersilahkan Kimmy duduk di kursi yang di siapkannya. Kevin kembali duduk di tempat semulanya. Kini mereka duduk saling berhadapan. Kevin tak henti-hentinya memandangi wajah Kimmy yang tampak lebih cantik dari sebelumnya, membuat Kimmy tersipu malu. 
"BabyKev, liatin aku nya jangan sampe kaya gitu dong, aku kan jadi malu." Ujarnya dengan polos. Pipinya memerah. Kevin terkekeh pelan. 
"Udah gak usah malu gitu." Kevin mengusap punggung tangan Kimmy yang berada di atas meja. 
"Gak pesen makanan nih, Beib?" Tanya Kimmy. 
"Hmm, udah aku pesenin kok. Tunggu aja, bentar lagi juga datang." Kimmy mengangguk pelan lalu tersenyum pada pujaan hatinya. 

"Permisi. Makanannya telah siap tuan, nona." Seorang pelayan itu menghidangkan makanan yang di pesan Kevin di meja yang mereka tempati. Setelah selesai, pelayan itupun pergi. Sepasang kekasih ini memulai memakan masakannya. 

"Gimana, yang, enak gak kuenya?" Tanya Kevin, ketika Kimmy baru memasukan kue ke dalam mulutnya. 
"Hmm, gimana yaa?" Jawab Kimmy mempermainkan Kevin. "Mmm.." Kimmy merasakan ada sesuatu yang keras dalam mulutnya. Bukan bermaksud jorok ya. Kimmy mengambil benda itu dari mulutnya. Kevin tersenyum melihat ekspresi Kimmy yang tampak syok. Sepertinya dia senang mendapatkan kejutan dariku? Batin Kevin. 
"Cincin?" 
"Ya." Kevin mengangguk cepat. "Gimana kamu suka?" 
"Restoran macam apa ini?! Masa cincin dimasukkin ke dalem makanan?! Suka apaan?! Kalo aku mati keselek cincin ini gimana?!" Kimmy tampak marah-marah. Kevin tak berfikir kejadiannya bakal kacau seperti ini. Mau romantis malah jadi berantakan. Memang ini bukan salah pelayannya. Kevin sendiri kok yang minta cincin itu di masukkin ke dalam makanannya. 
"Udah, beib. Ini semua salah aku. Maaf yaa, aku yang nyuruh pelayannya buat masukkin ini ke makanan kamu." Pernyataan Kevin, membuat Kimmy membelalakan matanya. Tak habis pikir. Gerutu Kimmy. 
"Oh, jadi kamu mau aku keselek terus mati gitu gara-gara cincin ini?! Kamu tuh jahat banget tau, gak! Aku benc..." Kevin mengecup bibir Kimmy singkat lalu menghapus airmata yang baru saja mengalir di pipi Kimmy. Kimmy bungkam seribu bahasa. Nampaknya dia sedikit syok dengan serangan yang dilakukan Kevin tiba-tiba. 
"Jangan pernah membenciku, Kimmy. Maaf kalo caraku salah. Awalnya aku hanya ingin memberimu suprice, tapi sepertinya semuanya kacau. Maaf." Sesal Kevin. Dia mengambil cincin itu. Lalu beranjak dari duduknya dan berlutut dia hadapan Kimmy yang masih terduduk terisak. 

"Maaf, aku telah membuatmu menangis dan membenciku. Aku hanya ingin mngatakan, Would you marry me, KimSay?" Kevin menyodorkan cincin itu kepada Kimmy. Kimmy menghapus airmatanya lalu tersenyum haru. 
"I will. Maaf, aku terlalu cepat mengatakan yang benar-benar tak pernah ingin aku lakukan. Aku gak akan pernah membencimu, gak akan pernah, myBabyKev." Kevin bangun dari jongkoknya lalu mendekap erat kekasihnya. 
"Makasih myKimSay. I Love you so much." Kevin mengecup ubun-ubun Kimmy lalu mengusap lembut punggung gadisnya itu. 
"I love you too, BabyKev." 


"Aaa, so sweeeeet." Pekik Yua dengan gaya lebaynya. 
"Ish, lebehhh." Tanggap Kimmy yang sama lebaynya. HAHA. "Kakak kamu tuh emang so sweet banget, walaupun waktu itu bikin kesel juga. Tapi niatnya, kan, mau buat romantis gitu. Haha." 
"Dia kan mantan playboy, cewek-cewek pasti pernah kena keromantisannya dia. Haha." Ucapan Yua mampu membuat Kimmy mendelik sebal. Bibirnya langsung mengerucut. 
"Woles kak woles. Tapi sekarang dia udah insyaf kok, katanya sih dia udah cinta mati sama istrinya yang super bawel itu. Hahaha." Yua tertawa puas setelah meledek kakak iparnya habis-habisan. Lalu dia kabur keluar kamarnya karena takut kena timpukan dadakan dari Kimmy. 





*bersambung* 
Mohon maaf untuk adegan yu-willnya di tunda dulu yaa. Mereka hadir lebih banyak di episode berikutnya. Don't forget yaa guys. Haha. 
Thanks for read! Like! And I need some comment. :) Thanks you (˘⌣˘)ε˘`)