Kombanwa. Kembali lagi bersama saya dengan membawakan sebuah cerpen yang aneh bin aneh haha
Happy reading guys!
"Brrr~"
"Ayo masuk, angin malam gak bagus buat kesehatan kamu", Ucap wanita paruh baya di balik pintu.
"Iya
ma", Teriak gadis itu. Namun tak sedikitpun dia beranjak dari
tempatnya. Mama-nya memang tak melihat apa yang dilakukan anaknya. Namun
dia mengetahui kebiasaan anaknya setiap malam. Selalu melihat langit
malam yang indah menurut -anak-nya.
"Maaf, ma. Ajeng bohong. Tapi
malam ini indah banget. Bakal nyesel kalau Ajeng melewatin ini", Lirih
gadis yang bernama Ajeng itu terduduk di lantai dengan tangan memeluk
lututnya. Gertakan giginya terdengar tipis. Gadis itu mendongakkan
kepalanya, melihat hamparan bintang di bentangan langit yang luas.
Indah. Sangat indah. Dia terus mengumbar senyumnya, meski angin malam
dengan kejam mengelus pori kulitnya.
"Andai kamu ada disini, Chumuku."
***
"Ajeng!" Panggil seorang pemuda yang membuat Ajeng menghentikan aktifitas membacanya dan menoleh kearah pemuda itu.
"Yudha?!"
Pekik Ajeng bahagia. Dengan cepat Ajeng menghampiri dan memeluk pemuda
yang kini ada di hadapannya. Pelukan itu, hmm sangat erat. Ajeng
menenggelamkan kepalanya pada pundak Yudha dan dengan lembut Yudha
mengecup ubun-ubun Ajeng dan mengelus punggung Ajeng. Terdengar dan
terasa sekali isakan yang bersumber dari Ajeng. Yudha mengeratkan
pelukannya mencoba memberikan ketenangan pada gadisnya itu.
"Jangan tinggalin aku lagi. Aku bener-bener gak sanggup." Sela Ajeng di tengah isakannya.
"Gak. Gak akan pernah lagi, Jeng. Don't cry Chimiku. I will always beside you."
"Promise?"
Ajeng mendongakkan kepalanya agar dia dapat melihat paras Yudha yang
meninggalkannya selama beberapa bulan, tanpa melepas pelukannya. Wajah
itu masih sama. Tatapan matanya yang teduhpun masih sama. Tak ada yang
berubah dari lelakinya itu.
"I'm promise, Chimiku." Yudha menghapus
airmata yang mengalir di pipi chubby gadisnya. Mereka berdua saling
melempar senyum. Dan berpelukan kembali.
***
"Ihh
Chumuku, kenapa sih mata aku pake di tutup segala." Ucap Ajeng sedikit
berteriak. Dia kesal dengan kelakuan kekasihnya yang menutup matanya
dengan sehelai kain yang terlipat. Apa maksudnya coba?! Mau ngasih
kejutan pake acara tutup mata! Grr~. Batinnya. Yudha terkekeh pelan,
lalu berseru, "Aduh chimiku, jangan bawel deh. Ikutin aja apa kata aku."
Yudha menuntun Ajeng menuju tempat yang di rencanakan Yudha.
"Nah
sekarang buka mata kamu!" Perintah Yudha setelah melepas kain penutup
pada mata Ajeng. Perlahan Ajeng membuka matanya. Gelap. Remang-remang.
Terang. Akhirnya. Ajeng tak henti-hentinya berdecak kagum. Yudha yang
melihat ekspresi Ajeng, tersenyum senang.
Kini mereka berada di
bukit yang di penuhi dengan hamparan ilalang yang menjulang,
terayun-ayun oleh sepoi angin. Suasana tampak romantis dengan obor yang
menempel di pohon yang membuat cahaya remang-remang di tengah gelap
malam di tambah lagi bintang yang bertaburan di angkasa luar.
Kunang-kunangpun ikut menghiasi malam mereka. Hhh. Amazing.
"Gimana? Kamu suka?"
"Suka
banget, Yudh, chumuku. Aaaa indahhh." Ucapnya manja. Ajeng memeluk
Yudha yang berdiri di sampingnya sambil memamerkan senyum terindahnya.
Siapapun akan jatuh hati pada senyuman itu. Namun sayang, itu hanya
untuk dan milik Yudha seorang.
"Tadi aja marah-marah, uhh." Yudha mencubit pipi Ajeng gemas. Menggemaskan sekali gadisku ini. Gumam Yudha dalam hati.
"Ihh, Yudhaaaaa." Rengek Ajeng. Dia melepaskan pelukannya. Dan memandangi bintang yang berkelipan itu.
Krik. Krik. Krik.
Suara
jangkrik menjadi backsound acara mereka berdua pada malam itu. Tak ada
sepatah kata dari mulut mereka. Hanya bahasa tubuh dan mata yang
berbicara. Kini Ajeng berada di dalam pelukan Yudha, yang
menghangatkan-menurut-nya. Ajeng mengadahkan pandangannya agar dapat
bertatap dengan Yudha yang kini tengah menatapnya. Mereka saling
mengumbar senyum.
"I love you, chimiku." Bisik Yudha.
"I love you
too, chumuku." Balas Ajeng. Yudha mendekatkan wajahnya pada Ajeng.
Hembusan nafas mereka terasa menyapu kulit satu sama lain. Perlahan mata
mereka terpejam. Dan....
"Uhuk.. Uhuk.." Suara batuk itu membuat
Ajeng membuka matanya. Terlihat Yudha terbatuk, membungkam mulut dengan
tangan yang tadi melingkar di pinggang Ajeng. Di remang-remang malam
dengan sedikit bantuan cahaya obor, Ajeng melihat ada perubahan di wajah
Yudha. Wajahnya pucat pasi. Yudha masih terbatuk-batuk membuat Ajeng
khawatir.
"Yudh, kamu gak apa-apa kan?" Ajeng mengusap punggung Yudha. Mencoba memberi energi positif. Yudha menggeleng cepat.
"Darah?"
Bisik Yudha nyaris tak terdengar. Ketika dia melepas telapak tangannya
dari mulutnya. Dengan cepat Yudha menyusutkan darah itu ke bajunya
sendiri. Karena dia tak ingin Ajeng mengetahuinya.
"Kamu gak
kenapa-napa kan, Yudh?" Tanya Ajeng lagi. Ajeng merasa ada yang tak
beres dari gelagat Yudha. Sepertinya Yudha menyembunyikan sesuatu.
"Ahh,
aku gak kenapa-napa kok, Chimiku. Kamu gak usah panik gitu ya." Ucap
Yudha menutupi keganjalannya, agar Ajeng tak merasa khawatir.
"Hmm,
ya udah, kalo gitu kita pulang sekarang ya. Aku takut batuk kamu tambah
parah." Sahut Ajeng ketika melihat Yudha terbatuk-batuk lagi. Kali ini
Yudha mengangguk pasrah, dia menuruti keinginan Ajeng untuk pulang.
Lagipula dia merasa kesehatannya kurang baik.
***
"Aku mau kita putus, Jeng!"
JDER!
Ajeng kaget setengah mati, hatinya bagai tertusuk beribu jarum. Sakit!
Tak terasa butiran bening menyeruak keluar dari pelupuk mata gadis manis
ini. Dia tak menyangka kekasihnya memutuskan hubungannya yang entah apa
sebabnya.
"Tapi kenapa, Yudh?! Hiks." Pekik Ajeng lirih. Yudha tek
bergeming, justru dia malah menjauh dan pergi meninggalkan gadis yang
kini menjadi mantan kekasihnya itu. Hatinya terasa teriris ketika
melihat gadisnya itu menangis sesenggukan di tengah derasnya hujan.
Yudha memajukan mobilnya dan melesat meninggalkan tempat itu.
"Maafin
gue, Jeng. Gue harap, takdir akan mempertemukan kita kembali." Lirih
Yudha dengan setetes cairan bening turun dari matanya.
***
Beberapa bulan kemudian...
"Maaf,
ma. Ajeng bohong. Tapi malam ini indah banget. Bakal nyesel kalau Ajeng
melewatin ini", Lirih gadis yang bernama Ajeng itu terduduk di lantai
dengan tangan memeluk lututnya. Gertakan giginya terdengar tipis. Gadis
itu mendongakkan kepalanya, melihat hamparan bintang di bentangan langit
yang luas. Indah. Sangat indah. Dia terus mengumbar senyumnya, meski
angin malam dengan kejam mengelus pori kulitnya.
"Andai kamu ada disini, Chumuku."
"Pasti
bintang yang paling bersinar itu, kamu ya Chumuku. Indah banget." Ajeng
tersenyum, dia menyandarkan kepalanya pada tangan yang menahan pada
tekukan lututnya. Perlahan matanya tertutup sempurna. Rupanya dia
terlelap di tengah dinginnya dan indahnya malam.
"Kau lebih indah dari malam ini, Ajeng."
***
Seorang
gadis terdiam di dekat gundukan tanah basah merah. Di genggamnya
serangkaian bunga mawar putih. Gadis yang bernama Ajeng itu perlahan
terduduk mensejajarkan dengan gundukan tanah basah itu. Ajeng meletakkan
rangkaian bunga itu di dekat pusara.
"Happy b'day to you, happy
b'day to you, happy b'day happy b'day happy b'day Chumu... Hiks" Ajeng
tak meneruskan nyanyiannya. Nyanyian ulang tahun dengan nada lirihnya.
Ajeng terisak pilu. Dadanya terasa sesak, rupanya dia merindukan
kekasihnya yang telah meninggalkannya dari dunia ini beberapa bulan yang
lalu. Yudha meninggal karena penyakit paru-parunya yang sudah kronis.
Setelah Yudha memutuskan hubungannya bersama Ajeng, penyakit paru-paru
Yudha kambuh, dan setelah di rawat beberapa hari di rawat, takdir
menginginkan Yudha untuk meninggalkan dunia ini. Saat kejadian itu,
Ajeng di beritahukan oleh keluarga Yudha bahwa Yudha telah pergi.
Awalnya Ajeng tak menerima kenyataan. Namun apa yang telah mati tak
mungkin hidup kembali. Sebelum meninggal, Yudha menyempatkan untuk
menggoreskan tinta pada secarik kertas untuk kekasihnya.
Maaf, aku tak bermaksud melukaimu.
Maaf, jika keputusanku membuatmu menumpahkan air matamu.
Maaf~
Terimakasih kau telah mewarnai hidupku, mengisi hari-hariku, kau menyempurnakan hidupku.
Chimiku,
aku pergi bukan karena ku tak lagi mencintaimu, tapi... kau pasti tahu
yang sebenarnya terjadi. Perlu kau ingat, aku akan selalu mencintaimu.
Selamat tinggal Chimiku. Tak seindah malam, tapi lebih dari indahnya malam.
"Selamat ulang tahun, Yudha. Tenang di alam sana yaa. Aku akan selalu mencintaimu. Hiks." Lirih Ajeng.
The End
Aneh yaa? Emang. Haha. Kritik dan saran yaa. Thanks for like and read!
Lope lope di udara (˘⌣˘)ε˘`)
0 komentar:
Posting Komentar