CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 24 Oktober 2012

Tak Seindah Malam (Cerpen)


Kombanwa. Kembali lagi bersama saya dengan membawakan sebuah cerpen yang aneh bin aneh haha 


Happy reading guys! 



"Brrr~" 
"Ayo masuk, angin malam gak bagus buat kesehatan kamu", Ucap wanita paruh baya di balik pintu.
"Iya ma", Teriak gadis itu. Namun tak sedikitpun dia beranjak dari tempatnya. Mama-nya memang tak melihat apa yang dilakukan anaknya. Namun dia mengetahui kebiasaan anaknya setiap malam. Selalu melihat langit malam yang indah menurut -anak-nya.
"Maaf, ma. Ajeng bohong. Tapi malam ini indah banget. Bakal nyesel kalau Ajeng melewatin ini", Lirih gadis yang bernama Ajeng itu terduduk di lantai dengan tangan memeluk lututnya. Gertakan giginya terdengar tipis. Gadis itu mendongakkan kepalanya, melihat hamparan bintang di bentangan langit yang luas. Indah. Sangat indah. Dia terus mengumbar senyumnya, meski angin malam dengan kejam mengelus pori kulitnya. 



"Andai kamu ada disini, Chumuku."



***



"Ajeng!" Panggil seorang pemuda yang membuat Ajeng menghentikan aktifitas membacanya dan menoleh kearah pemuda itu.
"Yudha?!" Pekik Ajeng bahagia. Dengan cepat Ajeng menghampiri dan memeluk pemuda yang kini ada di hadapannya. Pelukan itu, hmm sangat erat. Ajeng menenggelamkan kepalanya pada pundak Yudha dan dengan lembut Yudha mengecup ubun-ubun Ajeng dan mengelus punggung Ajeng. Terdengar dan terasa sekali isakan yang bersumber dari Ajeng. Yudha mengeratkan pelukannya mencoba memberikan ketenangan pada gadisnya itu.
"Jangan tinggalin aku lagi. Aku bener-bener gak sanggup." Sela Ajeng di tengah isakannya.
"Gak. Gak akan pernah lagi, Jeng. Don't cry Chimiku. I will always beside you."
"Promise?" Ajeng mendongakkan kepalanya agar dia dapat melihat paras Yudha yang meninggalkannya selama beberapa bulan, tanpa melepas pelukannya. Wajah itu masih sama. Tatapan matanya yang teduhpun masih sama. Tak ada yang berubah dari lelakinya itu.
"I'm promise, Chimiku." Yudha menghapus airmata yang mengalir di pipi chubby gadisnya. Mereka berdua saling melempar senyum. Dan berpelukan kembali. 



***



"Ihh Chumuku, kenapa sih mata aku pake di tutup segala." Ucap Ajeng sedikit berteriak. Dia kesal dengan kelakuan kekasihnya yang menutup matanya dengan sehelai kain yang terlipat. Apa maksudnya coba?! Mau ngasih kejutan pake acara tutup mata! Grr~. Batinnya. Yudha terkekeh pelan, lalu berseru, "Aduh chimiku, jangan bawel deh. Ikutin aja apa kata aku." Yudha menuntun Ajeng menuju tempat yang di rencanakan Yudha.



"Nah sekarang buka mata kamu!" Perintah Yudha setelah melepas kain penutup pada mata Ajeng. Perlahan Ajeng membuka matanya. Gelap. Remang-remang. Terang. Akhirnya. Ajeng tak henti-hentinya berdecak kagum. Yudha yang melihat ekspresi Ajeng, tersenyum senang.



Kini mereka berada di bukit yang di penuhi dengan hamparan ilalang yang menjulang, terayun-ayun oleh sepoi angin. Suasana tampak romantis dengan obor yang menempel di pohon yang membuat cahaya remang-remang di tengah gelap malam di tambah lagi bintang yang bertaburan di angkasa luar. Kunang-kunangpun ikut menghiasi malam mereka. Hhh. Amazing.



"Gimana? Kamu suka?"
"Suka banget, Yudh, chumuku. Aaaa indahhh." Ucapnya manja. Ajeng memeluk Yudha yang berdiri di sampingnya sambil memamerkan senyum terindahnya. Siapapun akan jatuh hati pada senyuman itu. Namun sayang, itu hanya untuk dan milik Yudha seorang.



"Tadi aja marah-marah, uhh." Yudha mencubit pipi Ajeng gemas. Menggemaskan sekali gadisku ini. Gumam Yudha dalam hati.
"Ihh, Yudhaaaaa." Rengek Ajeng. Dia melepaskan pelukannya. Dan memandangi bintang yang berkelipan itu.




Krik. Krik. Krik.



Suara jangkrik menjadi backsound acara mereka berdua pada malam itu. Tak ada sepatah kata dari mulut mereka. Hanya bahasa tubuh dan mata yang berbicara. Kini Ajeng berada di dalam pelukan Yudha, yang menghangatkan-menurut-nya. Ajeng mengadahkan pandangannya agar dapat bertatap dengan Yudha yang kini tengah menatapnya. Mereka saling mengumbar senyum.
"I love you, chimiku." Bisik Yudha.
"I love you too, chumuku." Balas Ajeng. Yudha mendekatkan wajahnya pada Ajeng. Hembusan nafas mereka terasa menyapu kulit satu sama lain. Perlahan mata mereka terpejam. Dan....



"Uhuk.. Uhuk.." Suara batuk itu membuat Ajeng membuka matanya. Terlihat Yudha terbatuk, membungkam mulut dengan tangan yang tadi melingkar di pinggang Ajeng. Di remang-remang malam dengan sedikit bantuan cahaya obor, Ajeng melihat ada perubahan di wajah Yudha. Wajahnya pucat pasi. Yudha masih terbatuk-batuk membuat Ajeng khawatir.
"Yudh, kamu gak apa-apa kan?" Ajeng mengusap punggung Yudha. Mencoba memberi energi positif. Yudha menggeleng cepat. 
"Darah?" Bisik Yudha nyaris tak terdengar. Ketika dia melepas telapak tangannya dari mulutnya. Dengan cepat Yudha menyusutkan darah itu ke bajunya sendiri. Karena dia tak ingin Ajeng mengetahuinya.
"Kamu gak kenapa-napa kan, Yudh?" Tanya Ajeng lagi. Ajeng merasa ada yang tak beres dari gelagat Yudha. Sepertinya Yudha menyembunyikan sesuatu.
"Ahh, aku gak kenapa-napa kok, Chimiku. Kamu gak usah panik gitu ya." Ucap Yudha menutupi keganjalannya, agar Ajeng tak merasa khawatir.
"Hmm, ya udah, kalo gitu kita pulang sekarang ya. Aku takut batuk kamu tambah parah." Sahut Ajeng ketika melihat Yudha terbatuk-batuk lagi. Kali ini Yudha mengangguk pasrah, dia menuruti keinginan Ajeng untuk pulang. Lagipula dia merasa kesehatannya kurang baik. 



***



"Aku mau kita putus, Jeng!"
JDER! Ajeng kaget setengah mati, hatinya bagai tertusuk beribu jarum. Sakit! Tak terasa butiran bening menyeruak keluar dari pelupuk mata gadis manis ini. Dia tak menyangka kekasihnya memutuskan hubungannya yang entah apa sebabnya.
"Tapi kenapa, Yudh?! Hiks." Pekik Ajeng lirih. Yudha tek bergeming, justru dia malah menjauh dan pergi meninggalkan gadis yang kini menjadi mantan kekasihnya itu. Hatinya terasa teriris ketika melihat gadisnya itu menangis sesenggukan di tengah derasnya hujan. Yudha memajukan mobilnya dan melesat meninggalkan tempat itu. 
"Maafin gue, Jeng. Gue harap, takdir akan mempertemukan kita kembali." Lirih Yudha dengan setetes cairan bening turun dari matanya.



***



Beberapa bulan kemudian...



"Maaf, ma. Ajeng bohong. Tapi malam ini indah banget. Bakal nyesel kalau Ajeng melewatin ini", Lirih gadis yang bernama Ajeng itu terduduk di lantai dengan tangan memeluk lututnya. Gertakan giginya terdengar tipis. Gadis itu mendongakkan kepalanya, melihat hamparan bintang di bentangan langit yang luas. Indah. Sangat indah. Dia terus mengumbar senyumnya, meski angin malam dengan kejam mengelus pori kulitnya. 



"Andai kamu ada disini, Chumuku."
"Pasti bintang yang paling bersinar itu, kamu ya Chumuku. Indah banget." Ajeng tersenyum, dia menyandarkan kepalanya pada tangan yang menahan pada tekukan lututnya. Perlahan matanya tertutup sempurna. Rupanya dia terlelap di tengah dinginnya dan indahnya malam.



"Kau lebih indah dari malam ini, Ajeng."



***



Seorang gadis terdiam di dekat gundukan tanah basah merah. Di genggamnya serangkaian bunga mawar putih. Gadis yang bernama Ajeng itu perlahan terduduk mensejajarkan dengan gundukan tanah basah itu. Ajeng meletakkan rangkaian bunga itu di dekat pusara.



"Happy b'day to you, happy b'day to you, happy b'day happy b'day happy b'day Chumu... Hiks" Ajeng tak meneruskan nyanyiannya. Nyanyian ulang tahun dengan nada lirihnya. Ajeng terisak pilu. Dadanya terasa sesak, rupanya dia merindukan kekasihnya yang telah meninggalkannya dari dunia ini beberapa bulan yang lalu. Yudha meninggal karena penyakit paru-parunya yang sudah kronis. Setelah Yudha memutuskan hubungannya bersama Ajeng, penyakit paru-paru Yudha kambuh, dan setelah di rawat beberapa hari di rawat, takdir menginginkan Yudha untuk meninggalkan dunia ini. Saat kejadian itu, Ajeng di beritahukan oleh keluarga Yudha bahwa Yudha telah pergi. Awalnya Ajeng tak menerima kenyataan. Namun apa yang telah mati tak mungkin hidup kembali. Sebelum meninggal, Yudha menyempatkan untuk menggoreskan tinta pada secarik kertas untuk kekasihnya.



Maaf, aku tak bermaksud melukaimu. 
Maaf, jika keputusanku membuatmu menumpahkan air matamu.
Maaf~
Terimakasih kau telah mewarnai hidupku, mengisi hari-hariku, kau menyempurnakan hidupku.
Chimiku, aku pergi bukan karena ku tak lagi mencintaimu, tapi... kau pasti tahu yang sebenarnya terjadi. Perlu kau ingat, aku akan selalu mencintaimu.
Selamat tinggal Chimiku. Tak seindah malam, tapi lebih dari indahnya malam.



"Selamat ulang tahun, Yudha. Tenang di alam sana yaa. Aku akan selalu mencintaimu. Hiks." Lirih Ajeng.






The End



Aneh yaa? Emang. Haha. Kritik dan saran yaa. Thanks for like and read! 
Lope lope di udara (˘⌣˘)ε˘`) 

0 komentar:

Posting Komentar