CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 17 Mei 2012

Cinta atau Obsesi?! [cerbung] 1



"Lupain dia deh, ngapain sih elo masih ngarepin orang ga punya hati kaya dia!" omel Vitha waktu dia lihat Ajeng menangis di taman sekolah. Dia bingung harus bicara apalagi sama sahabat tersayangnya itu.
"Tapi gue cinta sama Yudha, Vit!" ucap Ajeng dalam isak tangisnya. Vitha tersenyum kecut. "Cinta?! Tapi sayangnya dia gak cinta sama elo, Jeng!" ucap Vitha penuh penekanan. Ajeng tersentak ketika sahabatnya berkata seperti itu. Seharusnya Vitha menghibur, bukan bikin Ajeng down seperti ini. Air mata Ajeng terus mengalir di pipi chubbynya. Memang apa yang di katakan Vitha itu benar, tapi tidak mampu memdobrak pertahanan Ajeng untuk tetap mencintai Yudha. Ajeng menghapus air matanya dengan kasar.
"Gue tau itu, tapi gue akan terus berjuang untuk dapetin cinta yang gue mau. Gue akan berusaha agar Yudha cinta sama gue dan jadi milik gue." ucap Ajeng dengan penuh keyakinan.
"Ya..ya..ya.. Terserah elo aja deh. Liat aja ntar apa yang akan terjadi. Apakah elo akan mendapatkan cinta lo? Atau waktu lo terbuang sia-sia dengan cinta semu lo itu." kata Vitha memberi peringatan.
"Yah, elo tuh jahat banget tau yaa, bukannya didukung malah di bikin down." sungut Ajeng.
"Ya deh, gue akan dukung lo, apapun yang terjadi. Yaudah, ke kelas yuk! Bentar lagi bel masuk." ajak Vitha. Vitha tampak pasrah dengan kelakuan sahabatnya.

 ***

"Hei Yudh, nih aku bawain nasi goreng buat kamu, buatan aku loh." ucap Ajeng dengan semangat 45. Yudha menoleh ke arah Ajeng lalu beranjak dari tempat duduknya. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Tak tahu kenapa, dia selalu memasang sikap dinginnya kala bertemu Ajeng. Padahal dia termasuk tipe orang yang ramah pada siapapun.
"Yudh, mau kemana?" ucap Ajeng seraya menahan tangan Yudha agar tetap diam di tempatnya. Tapi sayang, Yudha menepis tangan Ajeng dan tak sedikitpun menyentuh kotak makan yang berisikan nasi goreng itu di tangan Ajeng. Tak terasa butiran-butiran bening menetes dari mata indah Ajeng seiring berlalunya Yudha dari hadapannya. "ARGH! Ayo Ajeng, lo gak boleh nangis!"
***
"DARR!"
"ish, apa-apaan lo Vit!" Ajeng mendengus kesal sambil mengusap-usap telinganya. Sedangkan Vitha hanya cengengesan melihat wajah kesal sahabatnya itu.
"haha muke lo lucu kalo lagi cemberut gitu. Kenapa neng ngelamun terus? Galau lagi ya?" ucap Vitha setengah mengejek.
Pletak! "aww, Ajeng! Sakit!" Vitha meringis kesakitan. Tega-teganya Ajeng menjitak Vitha dengan bukunya.
"Abisnya, lo itu bukannya hibur gue gitu. Liat aja nanti kalo lo galau karena Fathir. Jangan harap gue hibur lo!" ketus Ajeng. Pletak! Kini giliran Vitha yang melayangkan jitakannya ke kepala Ajeng. Ajengpun meringis kesakitan.
"Heh, lo itu ya, doain yang bener napah. Emangnya lo tega yaa, liat sahabat lo yang imut ini galau?" ucap Vitha kesal. Ajeng terkekeh pelan.
"imut dari hongkong! Lo juga doain gue tuh yang bener gitu. Jangan bikin gue tambah galau."
"iya deh, maafin gue yaa sahabatku yang jelek." Vitha ingin memeluk Ajeng, namun tiba-tiba Ajeng menginjak kaki Vitha.
"enak aja, cantik gini di bilang jelek. Lo tuh yang jelek. Wle!" Ajeng pun lari meninggalkan Vitha yang menahan rasa sakitnya.
"eh tungguin lo!" Vitha mengejar Ajeng. Dan mereka saling kejar-kejaran.

***

"eh Yudh, sendiri aja, bro?" seseorang menghampiri Yudha yang sedang asyik bermain basket sendirian dan merebut bola basket itu dari tangan Yudha dan memasukannya ke ring.

"Lo kenapa Yudh, gue perhatiin permainan lo kali ini kurang bagus. Lagi ada masalah?" tanya Fathir setelah mereka berdua selesai bermain.
"Gak kok Thir, gue gak kenapa-napa kok." Yudha mengembangkan sedikit senyum tipisnya. Meyakinkan kepada sahabatnya kalau dia tidak kenapa-napa.
Tiba-tiba ada sereorang menyodorkan sebuah botol kepada Yudha. Yudhapun menoleh sesaat lalu kembali menatap lurus.
"nih minum buat lo, gue tau lo pasti haus, kan?"
Tak ada sedikit pun respon dari Yudha. Tapi gadis itu tetap bertahan dengan posisi itu sampai Yudha mengambil botol itu dari tangannya. Karena tak tega dengan Ajeng, Fathir pun merebut botol itu dari tangan Ajeng.
"buat gue aja ya Jeng! Haus."
"ets! Enak aj.." Ketika Ajeng sedang merebut kembali botol yang hampir di seruput di tangan Fathir tiba-tiba ada seorang menghampiri.
"Yudhaaa, ini gue bawa minuman buat lo." ucap seorang gadis itu dengan nada manja. Yudha tersenyum lalu mengambil botol dari gadis itu dan meminumnya tanpa sisa.
"hhh, lo tau aja kalo gue lagi haus. Thanks ya, Ren!" Yudha mengembangkan senyum manisnya dan beranjak dari tempat duduknya.
"Bro, gue duluan ya. Yuk Ren!" Yudha pun pergi di ikuti oleh Rena, tanpa memperdulikan Ajeng yang sedari tadi mematung.

"oh iya bro! See you!" balas Fathir. Yudha hanya mengacungkan jempolnya sebagai responnya.
"hhh, Jeng ini buat gue ya, tanggung nih, lagian Yudha juga udah pergi." ucap Fathir dengan muka memelas. Ajeng mendengus kesal. Bagaimana tidak, dia yang pertama menawarkan minum pada Yudha, eh, malah ada Rena. Mood Ajeng saat ini benar-benar hancur.
"Jeng! Buat gue ya." ucap Fathir lagi-lagi dengan wajah memelas.
"minum aja sono! Sekalian tuh sama botolnya!" ketus Ajeng.
Fathirpun meminumnya sampai tetes terakhir.
"thanks ya Jeng. Oh ya Jeng, Vitha mana?" tanya Fathir, karena sedari tadi dia tidak melihat kekasihnya itu.
"meneketehe! Selingkuh kali. Udah ah gue cabut dulu." ucap Ajeng sekenanya lalu meninggalkan Fathir yang sedang memikirkan apakah kekasihnya itu selingkuh seperti yang dikatakan Ajeng tadi.
"ah si Ajeng! Bikin gue parno aja."

***

Maafkan aku melukis luka
Membuatmu bersedih mengundang airmata

Di sebuah ruangan ber-wallpaper perpaduan hitam-merah, terdapat seorang pria sedang memainkan gitarnya mengalunkan suara indahnya.
"hhh" Pemuda itu menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk miliknya. Tampak dari raut wajahnya sedang memikirkan sesuatu. Dia menarik nafas lalu membuangnya cepat.
"apa gue udah keterlaluan ya sama dia?"

***

Di lain tempat. Seorang gadis sedang merenungi apa yang terjadi selama ini. 4 tahun sudah gadis ini mengharapkan sesuatu yang semu. Wow! Sakit! Dia lelah dengan semua ini.
"Apa gue harus lupain dia?"
….
"kalo dia bener-bener cinta sama gue, pasti dia bakal ngelakuin apa aja buat gue." ucap pemuda kepada sahabatnya.
"Tapi kan, Yud, dia tuh udah bela-belain buat satu sekolah sama lo, terus satu ekskul sama lo, apa itu gak cukup ngebuktiin kalo Ajeng beneran cinta sama lo." ucap sahabatnya dengan sedikit geram.
"Terus, gue harus gimana?! Tanggepin dia, gitu?!" Fathir mengangguk pertanda setuju lalu melemparkan bola kepada Yudha. "Gue gak mau dia ke-GR-an, ntar dia makin berharap sama gue." tukas Yudha sembari mendrible bola dan menshootnya ke ring. Fathir berhenti bermain, kini dia berada di bangku pinggir lapang.
"Terserah lo aja deh, Yudh. Jujur nih, gue gak tega liat Ajeng lo cuekin gitu. Bagaimanapun juga dia tuh punya hati." Yudhapun menghentikan permainannya, lalu duduk di sebelah Fathir dan mengambil minum yang ada di tasnya.
"Gue juga hati kali, Thir." Yudhapun menghela nafas. "Kalo masalah Ajeng, biar waktu yang menjawab." lanjut Yudha.

Tiba-tiba memori percakapan 2 tahun yang lalu itu terngiang-ngiang di benak Ajeng. Saat itu Ajeng sedang berjalan menuju toilet dekat lapang basket, kemudian dia melihat Yudha dan Fathir berdialog serius. Karena rasa penasarannya tinggi dia pun menguping apa yang sedang mereka bicarakan.

Sampai sekarang ini waktu belum juga menjawab. Ajeng bingung dengan hatinya. Ingin bertahan tapi tak tahan. Ingin lupakan tapi tak lupa.
'ya Allah, berilah hamba-MU petunjuk.' doa Ajeng dalam hati. Dia mencoba terlelap meski rasa sesak menyeruak di hatinya dan air mata yang tak tahan di bendungnya.

Apa yang harus aku lakukan untuk membuat kau menyayangiku
Sgala upaya tlah kulakukan untukmu

***

"gue gak tau apa yang menjalar aneh dihati gue. Lo itu beda. Dan gue harap cuma lo yang bisa menggantikan posisi dia di hati gue." Seorang pemuda sedang asyik dengan bayangannya. Dia sedang merasakan keanehan yang tersebar di hatinya. "maafin gue, Nes. Gue jatuh cinta lagi."

Kau merindu dan membuat ku jatuh kepadamu
Kau menyayangku dan buatku berkata
Ku temukan penggantinya

*bersambung :))

Jumat, 04 Mei 2012

Aku Cinta Kamu [Cerpen]

Daun-daun berguguran, hembusan angin membuat daun-daun berserakan menghiasi tanah yang gersang. Tampak seorang gadis duduk manis di bangku taman. Membuka lembar demi lembar novel yang berada di pangkuannya dan membacanya dengan serius. Sesekali dia menyeka rambutnya yang terurai bebas itu ketika menghalangi pendangannya.
“Yua!” panggil seseorang. Sang empunya nama menghentikan aktifitas membacanya, lalu menghampiri orang yang memanggilnya tadi.
“Ada apa Debby?” ucap Yua kepada Debby –seorang yang memanggilnya tadi-.
“Kamu ini kebiasaan yaa, kalo udah nempel sama novel pasti aja lupa segalanya.” Ucap Debby dengan suara khasnya.
“Emang ada apa sih?” Yua berfikir sejenak. Seakan baru mengingat sesuatu, Yua menepuk jidatnya. “ Ya ampun, aku lupa, sekarang ka nada rapat buat pentas seni minggu depan” pekik Yua. Debby hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ini nih kebiasaan aneh sahabatnya.
***
“Oke semuanya, rapat cukup sampai disini. Terimakasih atas perhatiannya. Selamat siang.” Ucap sang ketua panitia menutup rapat hari ini dan meninggalkan rapat diikuti oleh para anggota rapat. Setelah semua ruangan kosong barulah Yua dan Debby keluar dari ruangan tersebut.
“ciyeee, yang di suruh duet bareng kak Willy.” Goda Debby sembari menyenggol-senggol sahabatnya.
“Ish apaan sih, By?! Lagian aku juga heran, kenapa harus aku yang duet bareng sama kak Willy. Sulit di percaya tau gak?!” ucap Yua tersipu-sipu.
“Tapi kamu suka, kan?” Lagi-lagi Debby menggoda Yua. Yua yang kehabisan kata-kata hanya bias tersipu malu.
“Cielah, pake malu-malu segala.” Debby mencolek dagu Yua lalu berlari meninggalkan Yua.
“Ish Debyyyyyy!!” Yuapun mengejar Debby.
***
“Kak Willy.” Ucap seorang gadis malu-malu. Sang empunya namapu menoleh kearah sumber suara.
“eh, Yua. Sini masuk!” suruhnya kepada Yua untuk memasuki studio. Studio ini adalah tempat yang akan di jadikan mereka sebagai tempat latihan untuk pentas nanti. Yua pun masuk dan langsung menempatan diri duduk di samping Willy.
Mereka berdua terdiam. Hening. Entah perasaan aneh apa yang menyelimuti hati mereka. Yang jelas mereka merasakan hal yang berbeda.
“Mau nyanyi lagu apa nih, Yu?” Tanya Willy, memcahkan keheningan diantara mereka.
“Hmm, apa aja deh, ka. Terserah.” Ucap Yua berusaha menutupi kegugupannya. Willy mengangguk-angguk sesekali memetik gitar yang sedari tadi ada di pangkuannya.
“gimana kalo lagu….” Ucap Willy gantung. Willy melanjutkn ucapannya dengan berbisik di telinga Yua. Yua pun tersenyum malu lalu mengangguk pertanda dia menyetujui usul Willy.
***
Satu minggu kemudian….
Hiruk pikuk di ruangan serbaguna yang super luas itu, sudah mulai tenang. Para penonton di persilahkan duduk di tempat yang telah disiapkan oleh panitia.
“Yua, kamu udah siap, kan?” ucap sahabatnya –Debby-.
“Siap sih, tapi masih rada nervous nih.” Tampak sekali raut wajah tegang pada paras ayu Yua. Yua sesekali mengambil nafas lalu membuangnya perlahan.
“kamu nervous kenapa? Bukannya ini hal biasa ya, Yu.” Debby tampak aneh dengan sahabatnya itu. Bagaimana tidak, bagi Yua nyanyi di depan umum  itu adalah hal yang biasa karena dia sering mengikuti perlombaan menyanyi, tapi kali ini tiba-tiba saja dia merasa kurang percaya diri. Debby yang ingat akan satu hal, mengeluarkan senyum-senyum gaje-nya, yang membuat Yua heran melihatnya.
“oh, aku tau, karena kamu duet sama kak Willy, kan?” ucap Debby menggoda Yua. ‘Hobi banget nih si Debby’ gerutu Yua dalam hati.
“Ish apaan sih, By!” ucap Yua kesal. Yua mengerucutkan bibirnya dan melipatkan tangannya di dadanya.
“yee, jangan manyun dong, Yu. Nanti kalo kak Willy liat bias ilfeel loh! Hehehe.” Lagi-lagi Debby menggoda yua. Yua semakin geram saja pada sahabatnya yang satu ini.
“Eh, Yu. Itu ada kak Willy. Aku kesana dulu yaa, mau nyamperin ayang Jojoku. Udah jangan cemberut aja. Goodluck ya buat performnya.” Debby menyenggol pelan tunuh Yua, lalu ngacir entah kemana. Yua hanya mendengus kesal mananggapinya.
“udah siapkan?!” tiba-tiba saja Willy sudah berada di samping Yua. Willy tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya. Senyumnya indah. Sangat indah. Sampai-sampai Yua termengo di buatnya.
“Yu.. Yu..” ucap Willy sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Yua yang cantik nan manis itu. Yua tersentak kaget. Yua kini tersadar dari lamunannya.
“kok bengong sih? Udah, gak usah nervous gitu.” Ucap Willy lembut. Akibat ulah Willy, Yua di landa salting tingkat akut.
“udah siap, kan?” tanyanya lagi. Yua hanya mengangguk.
“udah ini, giliran kita.” Lanjutny. Lagi-lagi Yua hanya merespon dengan anggukan dan tersenyum kikuk.


“oke, terimakasih buat semua yang masih stay in disini. Ya! Sekarang kita akan mempersembahkan penampilan dari perwakilan panitia. Willy dan Yua!” ucap sang MC. Tepuk tangan riuh membahana di ruangan ini, menyambut dengan antusias pasangan duet baru ini.
Ini saatnya Willy dan Yua naik ke atas panggung. Willy menggenggam erat tangan Yua. Yua hanya bias diam atas perlakuan Willy itu.
Alunan musik telah di lantunkan, menghipnotis penonton disana. Yua yang menggunakan dress hitam selutut serta polesan make up yang natural tampak serasi dengan Willy yang menggunakan jas hitam, kemeja putih dan celana hitam yang cocok dengan kulitnya yang putih dan wajahnya yang tampan.
[Yua]

Dari dirimu ku dapatkan arti cinta sejati setiap detik denganmu
Dari dirimu ku dapatkan belaian hati suci
cinta….
Willy menatap Yua dan mengeratkan genggaman tangannya.
[Willy]

Bersamamu ku rasa bahagia
Senymanmu membuatku meraja
Percayalah ku takkan sia kan dirimu
Yua dan Willy saling berhadapan, saling memandang, saling menggenggam, menghayati setiap bait yang mereka lantunkan.
[Yua & Wiily]

Kau,
Yang ku inginkan hanyalah engkau
Bersamamu adalah hal yang terindah
Dan ku inginkan kau lebih
Yang ku inginkan kau seutuhnya
Mencintaimu adalah hal yang terbaik
Aku cinta kamu..
Bait demi bait mereka lantunkan. Suara yang merdu, alunan musik yang indah dan chemistry mereka yang kuat, mampu membuat para penonton terpukau dengan penampilan mereka.
Aku cinta kamu….
Sepenggal lirik itu mengakhiri penampilan terbaik mereka. Tanpa di duga Willy mengecup kening Yua. Yua tersentak. Wajahnya memanas, dia tak melakukan seperti itu, apalagi notabenenya Yua dan Willy tidak memiliki hubungan yang special walaupun akhir-akhir ini mereka terlihat dekat. Para penonton pun bersoraksorai. Terdengar suara siulan seakan menggoda dua sejoli itu. Willy dan Yua menundukan kepala sebagai tanda penghormatan kemudian mereka turun dari panggung.
“aku cinta kamu.” Bisik Willy kepada Yua setelah mereka berada di belakang panggung. Yua terdiam. Wajahnya memerah menahan malu.
“Yua.” Panggil Willy dengan lembut. Tak ada sahutan dari sang empunya nama. Tampaknya dia masih syok dengan apa yang baru saja terjadi.
“Yua!” panggilnya lagi dengan sedikit mengeraskan suaranya. Yua tersadar dari diamnya.
 “iya kak, ada apa?” jawabnya kikuk. Keringat dingin mulai membasahi kening Yua.
“kamu gak apa-apa, kan?” Tanya Willy khawatir ketika melihat wajah gadis yang mulai di cintainya tampak basah oleh keringat.
“gak apa-apa kok, kak. Hmm, Yua ke toilet dulu ya.” Ucap Yua meninggalkan Willy sendiri. Sepeninggalan Yua, Willy senyum-senyum gak jelas sambil memegang bibirnya.
***
Yua membasuh wajahnya. Dia menghela nafas panjang lalu membuangnya. Dia masih tak percaya akn kejadian tadi.
“Aduh, aku tadi gak salah dengar, kan?!” Tanya Yua pada dirinya sendiri. Dia tampak seperti orang frustasi, saking sulit di percayanya kejadian tadi.
“ terus kak Willy cium kening Yua! Oh god.” Yua melihat keningnya pada cermin yang ada di depannya. Lalu mengusap-usap keningnya.

“ini bukan mimpi, kan?!” Pekik Yua. Yua mencubit tangannya dengan keras. “aww! Sakit.” Yua meringis kesakitan dan mengelus-elus tangannya. “jadi, semuanya ini bukan mimpi?! Oh my God! I’m very happy.” Ucap Yua kegirangan. Untung saja saat itu kondisi toilet hanya ada dirinya sendiri.
Keluarnya dari toilet, Yua tidak pernah berhenti mengembangkan senyum manisnya. Karena kini hatinya sedang berbunga-bunga. Ketika dia berjalan di lorong menuju ruangan serbaguna, dia menemukan seseorang yang membuatnya bahagia. Tapi tunggu, itu siapa? Ada seorang gadis berdiri di samping Willy, tangannya bergelayut manja di tangan Willy. Yua yang sedari tadi mengembangkan senyumnya kini perlahan memudar di gantikan oleh air mata yang mengalir perlahan membasahi pipi chubby nya. Dia tak kuasa menahan isak tangisnya ketika sayup-sayup terdengar Willy memanggil gadis itu dengan sebutan ‘sayang’ dan Willy tampak bahagia bersama gadis itu. Apa maksud semua ini? Kecupan tadi? Ucapan tadi? Argh! Hati Yua benar-benar hancur. Dia di terbangkan tinggi-tinggi lalu di hempaskan dengan sekali hempasan. Sakit rasanya. Sangat sakit. Karena tidak kuat menahan sakit, Yua meninggalkan tempat itu dengan segenap luka di hatinya.
 ***
“Debby!”
“Ada apa kak Willy?” Tanya Debby heran.
“Yua mana?” Tanya Willy.
“Yua pulang, gak enak badan katanya.” Jawab Debby yang membuat Willy benar-benar khawatir.
***
Beberapa hari kemudian….
Tampak seorang gadis sedang membolak-balikan novelnya. Mencoba melupakan sesuatu yang telah terjadi. Debby salah. Pernyataan Debby tempo hari tentang Yua akan lupa segala sesuatu kalau sudah membaca novel, tidak terbukti kebenarannya. Buktinya Yua tidak dapat melupakan kejadian itu ketika dia membaca novel.
“kenapa Yu, kok novelnya Cuma di bolak-balik.” Yua tercengang mendengar suara itu, si empunya suara itu yang membuat dirinya seperti ini. Yua bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan Willy tanpa mau melihat wajah Willy. Namun Willy tak tinggal diam, dia mengejar Yua. Dia ingin meminta penjelasan kenapa akhir-akhir ini Yua menjauhinya.
“Yua awaaaasss!” BRUKK!
“ kak Willy.” Ucap Yua tercekat. “kak Willy.” Yua menghampiri Willy yang berlumuran darah. Willy terpental ketika dia menyelamatkan Yua.
“Yua, kamu gak apa-apa, kan?” ucap Willy tersendat-sendat.
“Yua gak apa-apa, kak. Maafin Yua ka. Kakak harus kuat.” Yua kini terisak sambil memeluk Willy.
“Yua..” kondisi tubuh Willy melemah, lalu pingsan di pangkuan Yua.
“kak Willy bangun. Jangan tinggalin Yua. Please kak!” Yua mengoyang-goyangkan tubuh Willy, namun tak ada reaksi apapun dari Willy.
***
Terlihat seorang pria tertidur lelap di ruangan serba putih. Tubuhnya di hiasi alat-alat medis. Meski kini keadaannya sudah mulai membaik. Tiba-tiba ada seorang gadis menghampiri pria itu, di tangannya membawa satu keranjang buah-buahan kesukaan pria itu.
“Kak Willy, sadar dong! Liat nih Yua bawain buah kesukaan kak Willy.” Ucap Yua lirih. Air matanya kembali keluar ketika Willy tak meresponnya. “Kak Willy, tega ya sama Yua. Kak, Yua sakit kak, liat kakak kayak gini. Yua gak kuat liat kakak kayak gini. Ayolah kak! Sadar!” ucapnya tercekat. “Yua sayang sama kak Willy. Yua gak mau kehilangan kak Willy.” Kini tangisnya memecah. Yua menangis terisak-isak. Tanpa dia sadari, dia telah mengungkapkan perasaannya terhadap Willy, meskipun tidak tahu apakah Willy mendengar itu semua atau tidak.
Tiba-tiba jari-jari tangan Willy bergerak. Willy membuka perlahan kelopak matanya. Orang yang pertama yang dia lihat adalah Yua yang sedang menangis terisak di kursi di samping ranjangnya. Yua tidak menyadari bahwa Willy telah sadar, dia terus menangis. “aku sayang kak Willy.” Ucap Yua di sela-sela isak tangisnya.
“Yua.” Desah Willy lemah. Yua yang sedari tadi sibuk dengan tangisnya, kini menoleh ke arah Willy.
“kak Willy, udah sadar?” ucapnya senang. “tunggu yaa, kak. Yua panggilin suster dulu.” Willy hanya mengangguk lemah. Yua pun bergegas memanggil suster.
Setelah di periksa, susterpun keluar dari ruangan Willy. Yua kembali duduk di samping ranjang Willy.
“kak Willy, maafin Yua ya, coba aja waktu itu Yua gak ngehindarin kakak, pasti kejadiannya gak bakalan kayak gini.” Ucap Yua penuh penyesalan. Air mata Yua kembali mengalir.
“sstt.. Udah jangan nangis. Lagian ini bukan salah Yua kok. Ini takdir. Hehe.” Willy menghapus airmata di pipi Yua. “oh iya, kalo gak salah denger tadi aku denger kamu bilang kalo kamu sayang sama kakak, bener gak sih?” Ucap Willy menggoda Yua. Tampak sekali paras ayu Yua yang putih berganti dengan merah. Yua menunduk malu. Ketika Yua ingin menjawab, tiba-tiba ada seorang gadis masuk menghampiri mereka berdua.
“eh kak Willy, gimana, udah mendingan?” ucap gadis itu sembari mencium pipi Willy.
“udah kok, sayang.” Willy mengacak-acak rambut gadis itu.
“ish, kak Willy apaan sih? Oh ya, itu siapa?” Tanya gadis itu ketika baru menyadari bahwa ada orang lain selain mereka. Yua yang merasa dirinya yang di maksud gadis itu hanya tersenyum. Hatinya sakit ketika melihat Willy bermesraan dengan gadis yang waktu itu.
“oh, kenalin ini Yua, temen kakak. Dan ini Yua, kenalin Jenny, adik aku yang paling jelek.” Ucap Willy mengenalkan mereka berdua. Yua tercengang ketika tahu bahwa gadis itu adalah adik Willy, dia merasa bersalah karena dia telah salah paham. Namun perasaannya senang kalau gadis itu bukanlah kekasih Willy.
“Yua!” panggil Willy. Yua tersadar dari lamunannya. “kamu kenapa?” Tanya Willy.
“oh, gak kok, hehehe. Oh iya, aku Yua.” Yua mengulurkan tangannya. “aku Jenny.” Membalas uluran tangan Yua. “oh jadi ini Yua yang suka di certain sama kakak.” Goda Jenny. Willy dan Yua tampak malu-malu.
“ish apaan sih, de!” ucap Willy tersipu-sipu.
“hmm, aku tinggal dulu yaa. Dah, kak Yua kak Willy.” Ucap Jenny lalu meninggalkan mereka berdua.
Sepeninggalan Jenny mereka berdua terdiam. Mereka sedang menetralisir perasaannya.
“aku baru tau, kalo Jenny itu adik kak Willy. Aku kira pacar kakak.” Ucap Yua memecahkan keheningan.
“hmm, kenapa? Cemburu yaa.” Ledek Willy.
“gak kok.” Yua menunduk malu, menyembunyikan wajah yang kini memerah.
“ngaku aja kali. Oh iya, jawaban pertayaan tadi gimana?” Willy menaikturunkan alisnya.
“pertanyaan yang mana?” ucap Yua berpura-pura.
“alah belaga pikun, kakak ulangin yaa, kalo gak salah denger tadi kakak denger kamu bilang kalo kamu sayang sama kakak, bener gak sih?” Yua tampak tersipu-sipu malu.
“Yua bingung dengan apa yang Yua rasain, yang pasti Yua nyaman ada di samping kakak. Yua sakit ngeliat  kakak sakit. Yua cemburu liat kakak sama cewek lain. Dan Yua rasa, kakak udah buat Yua jatuh cinta sama kakak.” Willy tersenyum mendengar penuturan Yua. Hati Yua berdebar-debar karena dia takut Willy tidak mempunyai rasa yang sama.
“Yua..” ucap Willy. Yua menoleh ke arah Willy yang kini memandangnya. Tatapan matanya itu membuat jantung Yua semakin melompat-lompat.
“ mau gak Yua jadi pacar kakak?” ucap Willy dengan senyum yang menghias di wajah tampannya meskipun pucat.
“Yua mau, kak.” Jawaban dari Yua membuat Willy bahagia. Ingin sekali dia memeluk Yua namun karena kondisinya sedang tidak mendukung untuk melakukan itu. Tiba-tiba Yua mencium pipi Willy dan membuat willy melongo. Yua terkekeh kecil ketika melihat ekspresi Willy.
“aku cinta kamu, kak Willy.”
“aku juga cinta kamu, princess Yua.”

Kau membuatku merasakan indahnya jatuh cinta
Indahnya di cintai saat kau jadi milikku
Akan ku berikan seutuhnya rasa cintaku. Selamanya. Selamanyaaa.
Bagiku kaulah cinta sejati
Semoga cinta kita kekal abadi
Sesampainya akhir nanti selamanya



The End

ReadLikeComment yaaa :))
maaf jelek.. maklum amatiran ;))

_DFG_