CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 28 Oktober 2012

Relationship (Cerpen) Part 2

Previous


"Awaaaas!" Teriak seorang pemuda di sebrang sana yang melihat ada sepeda melaju cepat dari arah samping Ajeng. Ajeng terlonjak kaget ketika mendengar orang yang berteriak tadi dan langsung melihat kearah seorang pemuda ganteng bin kece, bukannya menghindar malah bengong melihat wajah tampan pemuda itu. Alhasil... BRUK! 


Next... Part 2 Happy reading!


"Aww" pekik seorang gadis. "Pelan-pelan dong!" Gerutu gadis yang tadi keserempet sepeda. Tapi sang penolong tak menghiraukan gerutuan dari gadis itu. Dia dengan telaten membersihkan luka gadis itu dengan air hangat dan membalutkan dengan perban yang steril. 

"Ini den, non, minumannya." Tiba-tiba seorang pembantu rumah tangga menyuguhkan dua gelas minuman dingin. 
"Makasih, bik. Maaf ngerepotin." Ucap Ajeng -gadis yang ke serempet sepeda-. 
"Yowes, non, den. Kalo begitu saya permisi." Pamit Bik Minah -Pembantu Rumah Tangga-. 




"Nah, udah selesai." 
"Makasih" 
"Lain kali, kalo mau nyebrang jangan sambil baca buku, hati-hatilah minimalnya." Sindir lelaki itu, membuat Ajeng mendengus kesal. 
"Maaf" 
"Maaf? Untuk apa?" Ucap lelaki itu dengan sinis. 
"Hiks.. Hiks.." 
"Loh loh loh, kok nangis sih? Sst..." Cemas lelaki itu ketika mulai terdengar isakan yang dikeluarkan dari mulut Ajeng. Lelaki mendongakan wajah Ajeng yang sedari tadi menunduk. 
"DAR!!! HAHAHA" 
"Ish, nyebelin ya! Ergh!" Lelaki itu mendengus kesal ketika tahu Ajeng hanya mengerjainya. Dengan gemasnya lelaki itu mencubit pipi Chubby Ajeng. 
"Aww. Ampun. Ampun." Ajeng mencoba melepaskan tangan kekar itu dari pipinya. Lelaki itu melepaskan tangannya. Di lihatnya pipi Ajeng, merah. Merah merona. Entah merah karena sakit, entah karena malu. Hihi. Ajeng mengerucutkan bibirnya, dan mengelus-elus pipinya. Lumayan sakit ternyata. 
"Ish, gak kenal juga, main cubit-cubit." Gerutu Ajeng. Pernyataan Ajeng, ternyata terdengar oleh lelaki itu. 
"Oh ya, gue lupa, kita belum kenalan, kan?" 
Ish, pertanyaan macam apa ini? Bodoh. Batin Ajeng. 
"Gue gak bodoh, tembem!" 
Loh? Ajeng mengerutkan dahinya dan menatap lelaki dihadapannya lekat. Dia heran, mengapa cowok ini tahu isi hatinya? Jangan-jangan... 
"Muka lo aneh, tau gak? Heran ya, kenapa gue bisa tau isi hati lo? Karena kita sehati. Haha" Pernyataan yang konyol -_-. Rona wajah Ajeng makin kayak udang rebus. Dia mencubit kecil tangan lelaki itu. 
"Aww." Pekik lelaki itu. Dia mengusap-usap tangannya yang kena sengatan ganas dari tangan Ajeng. "Nama lo siapa?" 
"Gue Ajeng, lo?" 
"Gue Yudha! Seneng berkenalan dengan cewek seunik lo." Kata Yudha blak-blakan. Ajeng menunduk malu. Dia tak menyangka lelaki yang membuat jantungnya berdegup abnormal itu memuji dirinya. Yudha terkekeh geli melihat tingkah Ajeng.



Perkenalan singkat itu membuat mereka terlihat lebih akrab, padahal belum sampai satu jam mereka bertemu. Tapi tak dapat dipungkiri kedekatan mereka seperti yang sudah berteman lama. 


Tlilit~ 
Ponsel Ajeng berbunyi pertanda ada panggilan masuk ke handphonenya. 
"Halo" 
"......" 
"Oh iya ya, maaf bu, Ajeng lupa" 
"......" 
"Iya, ini juga mau pulang" 
"....." 
"Wa'alaikumsalam" Klik. Ajeng mematikan ponselnya dan menepuk jidatnya pelan. 
"Kenapa, Jeng?" Tanya Yudha heran. Alisnya tampak mengerut keheranan. 
"Gue lupa, gue disuruh pulang cepet sama ibu gue. Eh, gue malah keasyikan disini. Kalo gitu gue pulang dulu ya!" Pamit Ajeng. 
"Eh, tapi tangan lo?" 
"Udah, gak apa-apa, lagian tangan ini, bukan kaki. Hehe. Thanks ya! Bye Yudha!" Teriak Ajeng sambil melangkah pergi dari kediaman Yudha. 
"Hati-hati ya!" Balas Yudha dengan berteriak pula. Ajeng hanya berbalik badan lalu mengangguk dan menutup pintu gerbang rumah Yudha. Yudha menyunggingkan senyumannya ketika Ajeng menghilang dari balik gerbangnya. 



"Cewek yang unik, natural dan apa adanya" 


*** 


"Assalamu'alaikum, Ajeng pulang!" Teriak Ajeng dengan riang. 
"Wa'alaikumsalam. Hus, Ajeng, gak boleh teriak-teriak, emang ini di hutan!" Ucap Ibu memberi nasihat. Ajeng hanya cengengesan menanggapinya. 
"Sekarang, kamu ganti baju dulu, terus bantuin ibu iris bawang, oke?" 
"Siap bos!" Ucap Ajeng sambil menghormat pada ibunya layaknya saat upacara bendera. "Muaah" Ajeng mencium pipi Ibunya lalu pergi ke kamarnya. 




"Lalala hiks lalala srek, aduh perih." Ajeng mengucek matanya yang tampak berair dan mengelap hidungnya yang meler karena aksi mengupas bawangnya. Sang ibu yang sedang memotong sayuran hanya geleng-geleng melihat tingkah sang anak. 



"Selesai!" Teriak Ajeng kegirangan. 
"Ajeng!" Teguran Ibu membuat Ajeng cengengesan gak jelas. "Maaf, bu" ucap Ajeng sembari menggaruk pundaknya yang tidak gatal. 
"Yowes kalo gitu. Tolong ambilkan panci ya, nak!" Ajeng menuruti perintah ibunya yakni mengambilkan panci di dekat lemari, tak sengaja sang Ibu menyenggol tangan Ajeng. 
"Aww" Ajeng meringis pelan. 
"Loh, tanganmu kenapa? Kok di perban gini?" Tanya Ibu khawatir. Ibu memperhatikan perban yang menempel di tangan Ajeng. Ajeng menceritakan insiden yang terjadi tadi. 



"Hmm, pantesan dari tadi senyam-senyum sendiri. Ternyata..." Goda Ibu saat Ajeng telah selesai menceritakan kejadian tadi. 
"Ish, Ibu apaan sih?" Ajeng menunduk malu. Ibu Ajeng makin menjadi-jadi menggoda Ajeng. 
"Ada untungnya dong kamu keserempet, jadi di tolongin kan sama pangeran kece. Hihihi." Ibu mencolek-colek pipi Ajeng yang memerah. 
"Hus, Ibu, aneh deh. Masa anaknya celaka untung sih." Rutuk Ajeng. 
"Ajeng, Ajeng. Makanya kalo nyebrang tuh hati-hati. Lah ini masih mending di tolongin sama pangeran kece. Nah loh, kalo sama orang gila? Apa masih mau senyum-senyum gak jelas kayak tadi?" Sindir Ibu sekaligus menasihati. Membuat Ajeng makin menunduk malu. "Lain kali, jangan baca sambil jalan! Inget pesan Ibu!" Lanjutnya. 
"Iya, Ibu. Bawel banget sih." 
"Eh berani ya, kamu ngatain ibu bawel?" Dengan kesal Ibu menjewer telinga Ajeng. 
"Ampun buu." Pekik Ajeng. "Bu, buruan lanjutin masaknya. Entar keburu sore loh!" Ujar Ajeng mengingatkan. Ibu melepaskan jewerannya dan bergegas meneruskan pekerjaannya yang terbengkalai karena mendengar cerita Ajeng dan membuat Ajeng bernafas lega. Huft. Akhirnya. Batin Ajeng. Dia mengelus dadanya pelan. 



*** 


Disebuah ruangan yang berwallpaper-kan bendera Inggris, terdapat seorang lelaki yang sedang memangku gitarnya terduduk di sofa yang terdapat di pojok ruangan. Kunci-kunci dia petik sesuai lagu yang ingin dinyanyikannya. 


Kurasa ku tlah jatuh cinta 
Pada pandangan yang pertama 
Sulit bagiku untuk bisa 
Berhenti mengagumi dirinya 
Oh Tuhan tolonglah diriku 
‘Tuk membuat dia menjadi milikku 
Sayangku oh kasihku oh cintaku 
She’s all that I need… 



Sebait lagu itu mewakilkan kata hatinya. Entah mengapa dia ingin menyanyikan lagu ini. Perasaan aneh menjalar di hatinya. 
"Hhh, gue lupa lagi gak minta nomornya! Sssh. Gimana coba kalo gue gak ketemu lagi?! Ahhhh! Bodoh!" Lelaki yang bernama Yudha itu merutuki dirinya sendiri. Rupanya dia menyesal mengapa tidak meminta nomor HP Ajeng, agar dia dapat menghubunginya malam ini. Atau mungkin malam-malam selanjutnya. Setidaknya dapat menghilangkan rasa rindu. Pikir Yudha. Loh.. Loh.. Loh.. 





To be continue... 


I need some comment. Critical and sugestion! :D 
Thanks for reading. *hugs (˘⌣˘)ε˘`) 

0 komentar:

Posting Komentar